Yangon (ANTARA News/AFP) - Empat warga, termasuk anak 12 tahun, tewas dan beberapa terluka ketika mortir menghantam jalan ramai di Karen, Myanmar timur yang dilanda konflik, kata saksi dan polisi, Minggu.
Warga mengatakan bahwa mereka terombang-ambing oleh pertempuran dalam beberapa pekan belakangan antara tentara dan kelompok pemberontak sempalan, yang mewakili suku kecil Karen.
Putaran terakhir perundingan bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata nasional di bangsa yang dilanda pemberontakan etnis itu berakhir dengan kebuntuan bulan lalu, sehingga membuat pemerintah Myanmar kekurangan target mencapai perdamaian sebelum pemilu tahun depan.
Satu mortir dilaporkan menghantam jalan antara kota Kawkareik dan Myawaddy pada Sabtu pagi kemarin (11/10), kata seorang petugas polisi setempat kepada AFP.
"Tiga pria dan seorang anak berusia 12 tahun tewas. Dua perempuan dan delapan lainnya -termasuk seorang kepala biara pria dari biara terdekat- terluka," kata polisi yang tidak bersedia disebut jati dirinya itu.
Seorang pejabat rumah sakit setempat, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya, membenarkan jumlah kematian itu, tetapi menyatakan jumlah korban yang terluka delapan orang.
Polisi sejauh ini menyebutkan, idak jelas siapa yang menembakkan mortir. Para saksi mengatakan kepada AFP, mortir itu menghantam sekelompok penumpang yang telah meninggalkan kendaraan yang diblokir oleh satu truk jebol.
Penduduk mengatakan, serangan itu mungkin terkait dengan pertempuran terakhir antara tentara dan pemberontak dari Partai Asosiasi Buddhist Demokrat Karen (DKBA), satu kelompok sempalan terbesar Persatuan Nasional Karen.
Tidak ada pihak yang segera tersedia untuk berkomentar, tetapi tentara telah berposisi di dekat jalan itu.
Ada bentrokan di Negara Bagian Karen selama dua pekan ini, setelah DKBA bentrok dengan tentara di daerah gawat, meskipun kelompok itu menandatangani perjanjian perdamaian dengan tentara lebih dari satu dekade lalu.
Serangkaian upaya dilakukan untuk berunding mengakhiri secara nasional konflik sipil yang telah berlangsung selama beberapa dekade di perbatasan minoritas itu telah menjadi prioritas pemerintah Myanmar.
Myanmar sejauh ini telah menandatangani gencatan senjata dengan 14 dari 16 kelompok besar etnis bersenjata.
Persatuan Nasional Karen telah bergabung dengan perundingan perdamaian dan putaran baru dijadwalkan pada akhir Oktober depan.
(Uu.H-AK)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014