Makkah (ANTARA News) - Kepala Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Makkah Endang Jumali menerima tim penyelenggara haji Malaysia yang dipimpin oleh Datuk Sayid untuk berbagi pengalaman penyelenggaraan haji kedua negara agar ke depan lebih baik lagi.
"Ada beberapa kesamaan dan ada beberapa perbedaan penyelenggaraan haji kedua negara," kata Endang Jumali di Makkah, Senin, mengenai pertemuan yang berlangsung dua hari lalu.
Kesamaan tersebut antara lain adalah yang pertama mendaftar adalah yang pertama dilayani untuk segera berangkat haji.
Namun Endang mencatat banyak perbedaan di antara kedua negara, antara lain:
* Waktu tunggu di Malaysia mencapai 63 tahun sementara di Indonesia bervariasi antara sembilan sampai 20 tahun tergantung daerahnya.
* Biaya haji Malaysia 5.000 dolar sementara Indonesia hanya 3.200 dolar.
* Biaya haji khusus (di Indonesia dulu dikenal ONH Plus) di Malaysia termahal 53.000 dolar sementara Indonesia 23.000 dolar
* Kuota haji Malaysia 27.9000 orang, sementara Indonesia lebih banyak 5,6 kali yakni 155.200 orang (haji reguler)
* Jumlah penerbangan jamaah haji Malaysia 64 penerbangan sementara Indonesia mencapai 5,7 kali yakni 371 penerbangan
* Jumlah penginapan yang disewa Malaysia hanya 9 penginapan dan jaraknya dekat dengan Masjidil Haram semetara Indonesia 119 hotel yang letaknya banyak jauh dari Masjidil Haram
* Biaya hotel Malaysia 7.000 riyal per orang dan Indonesia 4.900 per orang
* Pembiayaan haji Malaysia bisa dilakukan fleksibel sementara Indonesia harus menentukan keputusan DPR
Khusus mengenai penginapan dan pemondokan, Endang mengatakan Malaysia bisa memperoleh lebih baik karena memang biaya lebih besar dibanding Indonesia.
Selain itu, katanya, yang menjadi masalah adalah dalam hal pelaksanaan penyelenggaraan haji karena Indonesia harus menunggu keputusan DPR dulu sementara Malaysia kapan saja. Hal ini membuat Malaysia bisa lebih cepat mencari penginapan dan pembiayaan lainnya, sementara Indonesia tidak.
Bahkan Malaysia bisa menyewa penginapan 3 sampai lima tahun sementara Indonesia setiap tahun harus dinegoisasi lagi karena menunggu keputusan DPR.
Malaysia juga menerapkan pola ideal bagi jamaah dalam masalah penginapan. Maksudnya, tingkat hunian penginapan harus nyaman bagi jamaah dan tidak dibuat terlalu berjejal.
Sementara Indonesia harus sesuai tasrih (ijin yang ada). Misalnya, kapasitas hotel 1.000 orang, maka Malaysia bisa memuatnya hanya untuk 700 orang. Sementara jika Indonesia menguranginya dianggap pemborosan.
Namun Malaysia cukup kagum karena Indonesia berhasil menyewa hotel yang sebenarnya mereka incar. "Kami jago negosiasi namun tidak punya uang," kata Endang kepada tim dari Malaysia tersebut.
Malaysia juga cukup kagum dengan Indonesia yang mampu memberikan pelayanan terpadu kepada jamaah haji yang jumlahnya besar. "Mereka tidak menemukannya di penyelenggaraan haji negara lain seperti di Turki, India atau Pakistan," katanya.
Indonesia mampu menyelenggaraan haji mulai dari Tanah Air, penyelenggaraan trasnportasi, penjemputan, penempatan jamaah haji hingga pemulangan.
Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014