Jakarta (ANTARA News) - Badan Tenaga Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) menganggap Indonesia termasuk negara yang tak perlu dicurigai bakal mengembangkan persenjataan nuklir, dan telah mematuhi berbagai ketentuan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). "Energi nuklir adalah energi masa depan, jangan sampai hanya negara-negara kaya saja yang mudah mendapat energi listrik, tetapi negara miskin tidak mempunyai peluang," kata Direktur Informasi Publik IAEA, Marc Vidricaire, dalam Diskusi Nuklir dengan Media di Jakarta, Selasa. IAEA, lanjut dia, mendukung pengembangan teknologi nuklir untuk memperluas terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan listrik, teknologi nuklir yang digunakan untuk berbagai keperluan kehidupan seperti kesehatan, peningkatan produksi pangan, pencarian sumber daya air dan nuklir untuk tujuan damai lainnya. Namun, lanjut Vidricaire, pengembangan teknologi nuklir sangat dekat hubungannya dengan kemungkinan pengembangan persenjataan nuklir dan bahwa bisa saja suatu negara, meski dengan pengawasan ketat IAEA, menyalahgunakan peluang tersebut untuk suatu program nuklir tidak untuk tujuan damai. Hal itulah yang menjelaskan mengapa ada sejumlah negara yang dihambat untuk mengembangkan teknologi nuklir sementara di sisi lain banyak negara dibiarkan mengembangkan teknologi nuklir. Sementara itu, Koordinator Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA), Sueo Machi, mengatakan bagi Jepang, teknologi nuklir adalah suatu keharusan karena energi tersebut adalah energi termurah, berhubung Jepang tak memiliki sumber energi batu bara, minyak atau gas yang cukup dan harus mengimpornya dari negara lain termasuk Indonesia. Jepang, ujarnya, memiliki 52 PLTN dengan kapasitas total 45.742 Mega Watt. Negara-negara maju lainnya juga telah memiliki pembangkit tenaga nuklir untuk kebutuhan energinya, misalnya AS yang memiliki 103 PLTN dengan kapasitas 102.590 MW, Perancis 59 PLTN berkapasitas 66.130 MW, Rusia 30 PLTN berkapasitas 22.556 MW, Jerman 18 PLTN dengan 21.728 MW. Saat ini, ujar dia, ada 442 PLTN di 30 negara yang mampu mensuplai 16 persen kebutuhan listrik dunia sebesar 370 GW. Sebanyak 28 PLTN sedang dalam proses konstruksi, di mana 16 di antaranya berada di negara-negara berkembang. Sementara Indonesia, baru akan memiliki PLTN pada 2016 di Ujung Lemah Abang, Semenanjung Muria, Jawa Tengah, dengan kapasitas 2.000 MW yang tendernya baru mulai dilakukan pada 2008.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006