London (ANTARA News) - Kematian Raja Harold II yang merupakan raja Anglo-Saxon terakhir Inggris diteliti lagi.
Selama ini, raja tersebut diketahui meninggal dalam Perang Hastings pada 1066.
Para arkeolog Inggris mengkaji teori yang menyebut bahwa raja sebenarnya selamat dalam perang itu.
Perang yang diperingati 14 Oktober itu membawa titik balik sejarah Inggris saat Bangsa Norman menguasai Inggris pada abad pertengahan.
Terdapat beberapa teori soal kematian Raja Harold II, salah satunya tergambar dalam gambar Bayeux Tapestry yang menunjukkan raja itu sedang menarik anak panah yang menancap di matanya.
Perkiraan lain diceritakan dalam tulisan gerejawan abad sebelas, Guy, Bishop of Amien, yakni Harold dibunuh oleh empat ksatria dan tubuhnya dipotong-potong.
Namun, sejarawan amatir Inggris Peter Burke, mengatakan ada versi alternatif kejadian itu dalam dokumen abad 12 yang disebut Vita Harold yang ada di Perpustakaan Inggris Raya.
Burke mengatakan Harold mungkin selamat dalam perang itu dan hidup sebagai pertapa selama 40 tahun setelah perang.
Ia mengatakan, kisah terkait gambar Bayeux Tapestry adalah versi bangsa Norman. Versi Inggris lain lagi.
"Jika beberapa hal dirangkai, akan muncul gambaran baru yang kuat. Jika segalanya mendukung teori sejarah anda, seharusnya anda memeriksanya, bukan meninggalkannya," katanya.
Arkeolog akan mulai mengetes teori Burke Selasa, saat peringatan perang yang sangat populer itu, dengan memindai tanah yang konon adalah makam Harold di Gereja Abbey, Essex.
Selain itu, pemindaian tanah akan melibatkan tim geologi yang telah sukses menemukan jenazah Raja Richard III pada 2012 yang ternyata ada di bawah lapak parkir.
"Saya berharap kami akan menemukan sesuatu. Menurut saya kita harus selalu menanyakan apapun. Kita tidak seharusnya menerima sejarah apa adanya. Perang Hastings adalah peristiwa terbesar dalam sejarah Inggris. Mereka harus menelitinya lagi meskipun risikonya harus menulis ulang buku sejarah," kata Burke.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014