Mursitpinar, Turki (ANTARA News) - Para pejuang Kurdi menghentikan rangsekan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke jantung pertempuran di kota Suriah yang berbatasan dengan Turki, Kobane, setelah PBB memperingatkan bahwa ribuan warga sipil berisiko dibantai ISIS.

Serangan sebelum fajar itu berlangsung setelah militan ISIS menduduki markas besar pasukan Kurdi di kota itu Jumat kemarin, sehingga menimbulkan kekhawatiran ISIS akan memotong rute pelarian terakhir ke Turki.

Saat bersamaan AS memperingatkan bahwa tertujunya perhatian dunia pada Kobane, membuat dunia kurang memperhatikan ofensif ISIS di Provinsi Anbar, Irak, yang berdekatan dengan ibukota Baghdad.

Serangan udara terbaru dari AS ke pusat kota Kobane telah memicu pertempuran hebat selama 90 menit antara ISIS melawan para pejuang Kurdi sebelum militan ISIS dipukul mundur, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) seperti dikutip AFP.

Pesawat-pesawat tempur koalisi pimpinan AS juga menggelar dua serangan udar ke sasaran-sasaran ISIS di selatan dan timur Kobane Sabtu pagi, kata SOHR.

Pesawat-pesawat tempur sekutu menggencarkan serangan udara kepada ISIS yang menyerbu Kobane selama tiga pekan ini, namun Pentagon menyatakan ada batas mengenai yang bisa dilakukan tanpa pasukan darat.

Sekelompok kecil pejuang Kurdi berusaha menembus kepungan ISIS lewat operasi di sepanjang garis depan, kata Direktur SOHR Rami Abdel Rahman kepada AFP.

Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura memperingatkan bahwa 12.000 lebih warga sipil masih berada dan di dekat Kobane, termasuk 700 orang tua di pusat kota itu yang kemungkinan besar akan dibantai ISIS jika mereka menduduki penuh kota itu.

Kobane pada prinsipnya sudah terkepung kecuali lewat satu pintu masuk dan keluar yang sempit menuju perbatasan Turki, kata de Mistura.

"Kami memohon kepada pemerintah Turki untuk setidaknya mengizinkan aliran relawan dan perlengkapan mereka untuk bisa masuk ke kota ini demi mendukung operasi bela diri," kata dia.

21 militan termasuk dua pelaku bom bunuh diri, selain delapan pejuang Kurdi, terbunuh dalam pertempuran di Kobane hari Jumat, kata SOHR.

16 militan ISIS lainnya tewas karena serangan udara di seluruh provinsi Aleppo yang di dalamnya termassuk Kobane, dan Raqa yang menjadi benteng utama ISIS di Suriah.

Sementara itu Turki terus memperketat keamanannya di perbatasan Suriah setelah meluasnya pertempuran di Kobane memicu eksodus 200.000 pengungsi di perbatasan.

Menyaksikan pertempuran dari perbatasan Turki, Ahmed Abu-Ammar berkata kepada AFP bahwa anaknya dibunuh ketika ISIS menyerang Kobane, tiga tahun setelah dia kehilangan istrinya karena serangan udara rezim Suriah di Aleppo.

"Anak saya yang berusia delapan tahun telah mati syahid, semoga Tuhan memberkatinya. Ketika pemboman makin sengit kami lalu mengungsi ke Turki dan kami harus menderita banyak sebelum mencapai tempat ini," kata dia yang menyeberangi perbatasan dua pekan lalu.

Turki sama sekali enggan mengizinkan senjata atau pejuang Turki melintasi perbatasan kendati berulang kali diprotes oleh minoritas Kurdi Turki dan membuat 31 orang meninggal dunia.

Situasinya menjadi rumit akibat hubungan erat antara para pejuang Kurdi yang mempertahankan Kobane dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang terlarang di Turki, dan selama tiga dekade memberontak demi negara sendiri di Turki tenggara.

Washington sendiri dibuat frustasi oleh sikap Ankara yang enggan melibatkan pasukannya yang sangat terlatih dan berperalatan perang lengkap dalam memerangi ISIS, tapi kemudian mencapai beberapa kemajuan setelah berbicara dengan koordinator koalisi Jenderal purnawirawan John Allen, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014