Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia meminta perbankan melakukan berbagai inovasi sebagai salah satu langkah terobosan untuk menyalurkan kredit mikro, khususnya yang dapat diakses oleh Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) serta masyarakat miskin.
"Inovasi itu penting, karena selama ini tidak semua perbankan memiliki keahlian dalam menyalurkan kredit ke sektro mikro," kata Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Muliaman D Hadad di Jakarta, Selasa.
Bank Indonesia, sambungnya, juga sedang merancang regulasi yang diharapkan dapat mengatur penyaluran kredit mikro yang bisa diakses dengan mudah, cepat dan sederhana oleh UMKM dan masyarakat miskin.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Boediono mengatakan saat ini penduduk miskin dan UMKM belum mendapatkan akses yang besar ke lembaga pembiayaan sehingga kemiskinan sulit diatasi.
Oleh kakrena itu, katanya, dibutuhkan terobosan pembiayaan bagi kelompok rakyat miskin hingga ke pedesaan. Namun, selain itu rakyat miskin juga membutuhkan produk perbankan yang non formal dengan suku bunga yang tidak berlaku secara umum.
Menurut Muliaman, inovasi atau terobosan untuk mempermudah akses UMKM dan penduduk miskin terhadap kredit perbankan dapat dilakukan dengan mudah dan baik jika ada Undang-undang yang memayungi usaha mikro segera direalisasikan.
BI selaku regulator lanjutnya, sebenarnya sudah mengeluarkan beberapa aturan yang mendorong bank untuk menyalurkan kredit ke sektor mikro dan UMKM seperti kebijakan menurunkan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) untuk kredit ke sektor UMKM.
"Jadi bank yang menyalurkan kredit ke sektor ini tidak harus melakukan pencadangan dalam jumlah yang besar seperti kredit ke sektor lain," katanya.
Sampai saat ini, BI juga terus mendorong perbankan melakukan "lingkage program" atau program kemitraan dengan lembaga pembiayaan mikro untuk menjembatani bank-bank yang memiliki dana besar menyalurkan dananya ke sektor mikro.
Menurut Muliaman, sebetulnya minat perbankan ke UMKM cukup besar, karena dari sisi rasio kredit bermasalah atau NPL lebih rendah dibanding dengan sektor lain.
"Persoalannya tidak setiap bank memiliki keahlian dalam menangani kredit mikro dan UMKM," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006