"Nasabah tentu melihat Unit Link untuk jangka panjang. Sekarang, koreksi terhadap pasar finansial juga bersifat sementara," kata Kepala Aktuarial dan Reinsurance Sinarmas MSIG Life, Herman Sulistyo, di Bogor, Jumat (10/10) malam.
Minat masyarakat untuk Unit Link di 2014, tahun yang sejak awal hingga kini diwarani berbagai peristiwa politik, kata Herman, masih cukup tinggi.
Menurut dia, hal itu ditopang dari kebutuhan akan produk asuransi yang fleksibel dan kebutuhan berinvestasi jangka panjang.
"Unit Link jika dibandingkan dengan di Jepang dan Singapura, di Indonesia tumbuh seperti idola," ujarnya.
Meskipun demikian, Herman mengakui fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada pekan ini sempat anjlok di bawah 5.000, dan pelemahan kurs rupiah memang dapat saja menurunkan kepercayaan investor.
Namun, lanjut dia, dampak itu akan bersifat sementara.
Para nasabah, kata dia, tentu mengetahui imbal hasil yang didapat nasabah dalam periode jangka panjang akan lebih tinggi, dibanding investasi negatif yang sementara.
Herman menjelaskan, premi reguler Sinarmas MSIG Life per September 2014 sudah berkisar Rp400 miliar, atau tumbuh lebih dari dua kali lipat dibanding periode sama 2013 sebesar Rp160 miliar. Adapun total premi baru MSIG Life sebesar Rp6,4 triliun.
Produk Unit Link, ujar Herman lagi, masih mendominasi pasar MSIG dengan komposisi 80-90 persen.
Produk Unit Link, selain memberikan manfaat proteksi, juga memberikan manfaat investasi dari produk saham, obligasi atau deposito.
Namun pengamat asuransi, Kepler Marpaung memperkirakan pertumbuhan produk asuransi Unit Link pada 2014 akan melambat dari 15-20 persen per tahun menjadi hanya 10 persen.
"Kita tak bisa menutup mata dengan serangkaian proses politik yang terjadi sejak awal tahun hingga akhir tahun, itu menganggu pasar dan kepercayaan investor," kata Kepler.
Namun, menurut Kepler, dalam beberapa bulan mendatang, produk Unit Link tetap prospektif, terutama didorong peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi dan investasi.
Idealnya, menurut Kepler, imbal hasil yang diterima nasabah Unit Link dapat mencapai 20 persen per tahun dari nilai investasi.
"Karena itu, mungkin kalau investasi sekarang perlu dipertanyakan waktunya pas atau tidak, waktu yang pas sebenarnya pas lagi turun, tapi akan segera naik," ujarnya.
Sebagai gambaran, sejak 2008-2013, produk Unit Link dinilai cukup mendominasi pertumbuhan industri asuransi.
Pada 2013, dari premi industri asuransi sebesar Rp62 triliun, kontribusi unit link sebesar 55,6 persen, dan sisanya 44,4 persen merupakan produk asuransi tradisional. (I029/B014)
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014