Pelaku pasar masih menilai negatif kondisi politik di Indonesia. Sebenarnya, fundamental kita baik, inflasi masih terjaga sekitar 4,53 persen, cadangan devisa sebesar 112 miliar dolar AS.
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, melemah 37 poin menjadi Rp12.223 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.186 per dolar AS.
Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa situasi politik di Indonesia masih menjadi sentimen negatif bagi mata uang rupiah terhadap dolar AS.
"Pelaku pasar masih menilai negatif kondisi politik di Indonesia. Sebenarnya, fundamental kita baik, inflasi masih terjaga sekitar 4,53 persen, cadangan devisa sebesar 112 miliar dolar AS," katanya.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan juga masih bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.
"Sentimen global itu tidak sampai menyebabkan rupiah menembus Rp12.000 per dolar AS. Gubernur The Fed Janet Yellen pernah membuat mata uang emerging market termasuk rupiah merosot tetapi tidak sampai menembus Rp12.000," katanya.
Menurut dia, kondisi Indonesia tidak jauh berbeda dengan India. Setelah India memiliki Perdana Menteri baru yang diharapkan pasar, kondisi pasar keuangan disana cenderung membaik. Diharapkan Indonesia sama seperti itu menyusul harapan yang cukup positif terhadap pemerintahan baru nanti.
Hal senada juga dikatakan pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova, dikatakan bahwa mata uang rupiah masih akan berada dalam tren pelemahan selama suhu politik di dalam negeri masih panas.
"Sentimen dolar AS di eksternal cenderung melemah menyusul jadwal kenaikan suku bunga AS tidak lebih cepat dari perkiraan, sementara di dalam negeri indeks dolar AS masih menguat, itu menandakan kondisi sentimen domestik yang membayangi mata uang rupiah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat (10/10) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.207 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.190 per dolar AS. (*)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014