"Penghargaan ini adalah penghargaan kehormatan tertinggi oleh pemerintah RI kepada warga negara asing," kata Presiden Yudhoyono sebelum menyematkan bintang tersebut.
Menurut dia, Presiden Filipina layak memperoleh penghargaan itu utamanya karena jasa-jasanya dalam memperkokoh hubungan bilateral antara kedua negara.
"Komitmennya untuk mempromosikan kerja sama bilateral telah membuka banyak peluang," kata Presiden seraya menyebutkan bahwa kerja sama ekonomi kedua negara mengalami peningkatan sebesar 10,9 persen dalam lima tahun terakhir.
Presiden kemudian menyampaikan keyakinannya bahwa peningkatan yang luar biasa itu akan terus berkembang di masa depan.
Lebih lanjut Presiden juga mengapresiasi peran Presiden Filipina dalam menyelesaikan masalah perbatasan kedua negara secara damai.
Di tataran global, menurut Presiden Yudhoyono, kedua negara aktif bekerja sama di beragam forum kawasan maupun internasional, terutama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
"Indonesia menanti untuk terus meningkatkan kerja sama dengan Filipina dalam kerangka masyarakat ASEAN," ujarnya.
Sementara itu Presiden Aquino menilai penghargaan itu sebagai bentuk pengakuan atas hubungan kerja sama kedua bangsa yang semakin kuat.
Ia merujuk kedekatan kedua bangsa dengan terdapatnya sejumlah kata yang sama dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Tagalog, antara lain kata "cinta" dan "balik" (kembali).
Menurut dia, penghargaan tersebut adalah sebuah kehormatan dan pengakuan atas kemitraan tak terbatas antara kedua negara untuk kepentingan bersama rakyat kedua bangsa.
Pada kesempatan itu ia juga memuji kepemimpinan Presiden Yudhoyono dalam 10 tahun terakhir. Presiden Aquino menilai Presiden Yudhoyono bukan hanya teman namun juga saudara bagi banyak negara.
Tak lupa, ia mengatakan bahwa setelah semua kerja keras Presiden Yudhoyono dalam 10 tahun terakhir, ia layak beristirahat.
Presiden Aquino memimpin BDF VII bersama Presiden Yudhoyono. BDF yang diprakarsai Presiden Yudhoyono itu merupakan acara tahunan yang telah menjadi bagian dari kalender kegiatan diskursus demokrasi di Asia Pasifik, yang melibatkan wakil-wakil pemerintah di kawasan tersebut.
Sejak pencetusannya di tahun 2008, BDF ditujukan sebagai forum untuk meningkatkan kerja sama regional dan internasional di bidang pemajuan demokrasi yang bersifat inklusif dengan pendekatan saling bertukar pengalaman terbaik masing-masing negara dalam proses berdemokrasi.
BDF VII merupakan BDF terakhir yang dibuka oleh Presiden Yudhoyono mengingat pada 20 Oktober nanti ia akan menyelesaikan periode kedua jabatannya sebagai kepala negara.
Selain Presiden Aquino, BDF VII juga dihadiri oleh Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah dan PM Timor Leste Xanana Gusmao.
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014