Jakarta (ANTARA News) - Petugas kesehatan diimbau untuk mewaspadai gejala penyakit Ebola dan MERS-CoV terutama dari jamaah haji yang mulai berdatangan dari Tanah Suci.
"Jamaah haji Indonesia sudah segera kembali ke Tanah Air, jadi perlu kesiapan atau kewaspadaan kalau ada pasien yang berobat terhadap kedua penyakit itu," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Kamis.
Tjandra mengatakan telah memberikan ceramah tentang Ebola dan MERS-CoV kepada petugas kesehatan RS Fatmawati pada Rabu (8/10) sebagai salah satu langkah persiapan rumah sakit terutama setelah ada kasus perawat di Spanyol yang tidak pernah ke Afrika namun tertular Ebola dari pasien yang dirawatnya di Spanyol.
"Jadi perlu diberikan pengetahuan bagi petugas RS kita," ujarnya.
Beberapa hal yang perlu dipahami oleh petugas kesehatan disebut Tjandra adalah mengenai sifat penyakit menular yang dapat tersebar melalui penerbangan internasional sehingga setiap pasien perlu ditanyakan riwayat perjalanannya.
Selain itu, Tjandra juga menyampaikan mengenai konsep penularan terbatas dan penularan berkelanjutan di masyarakat yang membuat sebuah penyakit dapat menjadi wabah dunia (pandemi) serta perbedaan pengertian karantina (untuk orang sehat) dan isolasi (untuk orang sakit).
Untuk Ebola, penanganan yang intensif dan isolasi maksimal dibutuhkan bagi pasien yang tertular agar tidak meluas.
Para kontak dengan pasien juga harus segera diperiksa untuk kemungkinan penularan dan dilakukan pengukuran suhu berkala dan berbagai derajat karantina bila diperlukan.
Penanganan lingkungan juga dibutuhkan begitu pula dengan komunikasi risiko dengan masyarakat sekitar agar memahami dan ikut mencegah meluasnya penularan.
Sementara itu, penanganan MERS-CoV juga disebut Tjandra harus dilakukan dengan seksama terutama karena penyakit tersebut dapat menular melalui udara, berbeda dengan Ebola yang penularannya melalui cairan tubuh.
Ia mengatakan pemerintah telah menyusun tahap-tahap pencegahan masuknya MERS-CoV yaitu dengan pemantauan kesehatan sebelum diberangkatkan dari Arab Saudi ke Tanah Air serta pengawasan kesehatan di pesawat oleh dokter kloter.
"Kalau ada yang sakit diinformasikan melalui radio dengan bandara kedatangan dan pesawat akan diparkir di daerah terpencil di bandara," ujar Tjandra.
Begitu mendarat, para penumpang akan diperiksa melalui alat pindai suhu tubuh (Thermal Scanner) dan jika ada ketidaknormalan maka akan segera dilakukan karantina terhadap penumpang yang bersangkutan.
Petugas kesehatan di bandara kedatangan jamaah haji (debarkasi) dan di asrama haji juga telah dipersiapkan untuk mewaspadai penyakit-penyakit menular tersebut.
Bagi jamaah akan diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH) untuk pengawasan kesehatan sampai dua minggu setelah kembali ke Tanah Air.
Tjandra juga memberikan kuliah umum tentang Ebola dan MERS-CoV tersebut pada berbagai Politeknik Kesehatan (Poltekes) di Jakarta, DI Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makasar, Banjarmasin, Ternate sebagai pembekalan bagi calon petugas kesehatan.
"Saya juga dalam proses menerbitkan edisi kedua buku Ebola, berisi perkembangan terakhir penyakit ini sebagai bahan informasi masyarakat luas dan juga petugas kesehatan," ujarnya.
Pewarta: Arie Novarina
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014