Bandar Lampung (ANTARA News) - Kementerian Pertanian berharap inovasi peternakan ayam probiotik yang dilakukan di Metro, Lampung, bisa direplikasi di daerah lain untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk hasil tani.
"Potensi usaha ini sangat bagus karena bisa menggerakkan industri yang terintegrasi di dekat peternakan. Mudah-mudahan ini jadi model yang bisa direplikasi daerah lain demi memenuhi kebutuhan permintaan ayam probiotik," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementan Yusni Emilia Harahap di Metro, Lampung, Rabu (8/10).
Meski berharap bisa direplikasi, Emilia mengingatkan setiap peternak harus punya ciri khas jika serius ingin mengembangkan ayam probiotik.
Pengembangan ayam probiotik diprakarsai oleh kelompok tani Berkat Usaha Bersama di kawasan Metro, Lampung.
Budi daya ayam probiotik merupakan "penyelewengan" cara pemeliharaan ayam broiler konvensional, di mana pakan dan minuman ternak diberi tambahan jamu-jamuan agar kotoran ternak menjadi kering dan mengurangi bau.
Selain itu, sistem pemeliharaan juga berbeda dengan cara konvensional karena menggunakan pengasapan dengan sekam dan jaring untuk mengusir lalat dan nyamuk.
Emilia mengharapkan pengembangan inovasi di bidang peternakan, pertanian, dan perkebunan seperti ayam probiotik bisa terus dilakukan agar Indonesia bisa mempunyai daya saing tinggi.
Terlebih, katanya, menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, di mana Indonesia harus mampu bersaing menghadapi negara lain.
"Saya optimistis, menghadapi MEA 2015, dengan adanya inovasi seperti ini, kita sudah siap bersaing dengan produk unggulan negara lain. Paling tidak, kita mampu kuasai pasar lokal," katanya.
Ketua Kelompok Tani Berkat Usaha Bersama Yulius Wahyu Hidayanto mengatakan hingga saat ini pihaknya membuka peluang usaha serupa dengan penekanan pada kualitas hasil akhirnya.
"Tentu kami membuka peluang, tapi kami punya kualitas sendiri yang harus dipenuhi," katanya.
Wahyu mengklaim produknya berkualitas setara dengan ayam organik dan telah diuji bebas antibiotik dan residu antibiotik yang membahayakan, seperti keracunan dan percepatan pertumbuhan pada anak.
Selain itu, pemeliharaan ayam probiotik lebih ramah lingkungan karena bisa mengurangi bau tak sedap dan memanfaatkan hasil bumi di sekitarnya.
"Sejak berdiri 2008, kami kini tak hanya menjual dalam bentuk ayam potongan, tapi juga olahan, seperti nugget dan bakso. Ada pun keuntungan petani dipatok sekitar Rp3.000 per ekor," kata Wahyu yang mengepalai 25 anggota di poktan dengan populasi total hingga 27.000 ekor ayam. (A062/M029)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014