Tanpa perubahan pola pertumbuhan yang bergantung pada kredit dan investasi, kerentanan akan terus meningkat
Washington (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional pada Selasa mempertahankan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini yakni 7,4 persen, tetapi memperingatkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu menghadapi berbagai "risiko pertumbuhan jangka pendek", terutama di real estate.
Pertumbuhan PDB akan melambat lebih lanjut menjadi 7,1 persen pada tahun depan, IMF mengatakan dalam laporan terbaru "World Economic Outlook", mengutip kemungkinan pengetatan kredit dan pelemahan yang sedang berlangsung di pasar properti.
Angka-angka itu datang setelah Bank Dunia memangkas proyeksinya pada Senin menjadi 7,4 persen untuk 2014 dan 7,2 persen pada 2015, demikian seperti dilaporkan AFP.
Tetapi prediksi IMF tidak berubah dari perkiraan yang diberikan pada Juli, ketika menurunkan proyeksi untuk ekspansi Tiongkok masing-masing dari 7,5 persen dan 7,3 persen.
Tiongkok merupakan pendorong utama ekonomi global dan dalam beberapa dekade terakhir ini menikmati pertumbuhan dua digit selama bertahun-tahun.
Tetapi sekarang pemerintah dan para analis mengatakan ekonomi Tiongkok perlu diseimbangkan kembali, menjauh dari tekanan pada ekspor dan ketergantungan lebih besar pada proyek-proyek investasi yang didukung negara besar dan boros, menuju permintaan dalam negeri.
Transformasi ini diperkirakan dapat menghasilkan pertumbuhan lebih lambat tapi lebih stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Indikator terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan di Tiongkok -- yang berdiri di 7,7 persen pada tahun lalu, mempertahankan ekspansi paling lambatnya dalam lebih dari satu dekade -- sedang melemah sekalipun setelah pemerintah mengambil langkah-langkah stimulas terbatas.
Pertumbuhan produksi industri Tiongkok melambat tajam pada Agustus ke tingkat terendah selama lebih dari lima tahun, data resmi mengatakan bulan lalu, sementara harga rumah telah jatuh selama lima bulan berturut-turut.
Para pejabat menargetkan ekspansi PDB "sekitar 7,5 persen" tahun ini, sama seperti tujuan tahun lalu. Target itu biasanya terlampaui, namun para pejabat senior telah berulang kali mengecilkan signifikansinya tahun ini.
Pertumbuhan secara keseluruhan akan "sesuai dengan target pemerintah" tahun ini, IMF mengatakan, sebagian berkat belanja pemerintah untuk infrastruktur, namun menambahkan bahwa "risiko berasal dari penurunan tajam harga rumah dan aktivitas perumahan".
"Investasi real estate telah menjadi mesin penting pertumbuhan di Tiongkok, dan akan menantang untuk memungkinkan ketidakseimbangan di pasar ... memperbaiki sementara mencegah perlambatan tajam berlebihan," katanya.
"Dalam kasus Tiongkok, pemerintah masih memiliki kapasitas untuk menyerap dan menanggapi jenis guncangan yang memicu krisis di tempat lain."
Menopang pertumbuhan melalui belanja infrastruktur akan "mempersulit tantangan rebalancing," kata IMF, menambahkan bahwa "pertumbuhan sedikit lebih rendah di masa depan dipandang sebagai perkembangan yang sehat".
IMF mendesak Tiongkok untuk mereformasi sektor keuangan dengan membuat nilai tukarnya lebih fleksibel, liberalisasi suku bunga deposito, dan meningkatkan pengeluaran pada "jaring pengaman sosial" untuk mengurangi tingkat tabungan rumah tangga.
"Tanpa perubahan pola pertumbuhan yang bergantung pada kredit dan investasi, kerentanan akan terus meningkat," katanya.
Kegagalan untuk melakukannya akan mengancam ekspansi Asia, tambahnya. "Potensi pertumbuhan di Asia, yang telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, bisa melemah lebih lanjut, terutama jika pelaksanaan reformasi tertunda."
Tetapi untuk tahun berjalan, katanya, pertumbuhan ekspor dunia "diperkirakan akan tetap kuat mengingat rebound yang diproyeksikan di negara maju dan Tiongkok".
(Uu.A026)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014