Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan tindakan Dana Moneter Internasional (IMF) yang kembali memangkas angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rupiah kembali berada di area negatif.
IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2014 menjadi 3,3 persen dan 3,8 persen untuk 2015.
"Ekonomi negara-negara di Eropa yang cenderung stagnan dan pemulihan ekonomi Jepang yang lebih lemah dari perkiraan telah mendorong IMF untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global," katanya.
Kendati demikan, ia menjelaskan, IMF terlihat lebih optimistis terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat.
"Diharapkan kondisi itu mendorong negara lainnya terbantu dalam memulihkan ekonominya," katanya.
Sementara Analis Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan pergerakan dolar AS juga mendapat sentimen positif dari adanya tuntutan dan keinginan dari beberapa Kepala The Federal Reserve di negara bagian untuk menaikkan suku bunga AS (Fed rate).
Kendati demikian, lanjut dia, kenaikan dolar AS itu dapat diimbangi dengan penguatan nilai yen Jepang setelah bank sentral Jepang (Bank of Japan) tidak mengubah besaran stimulusnya.
"Tetap mewaspadai sentimen yang ada dikarenakan minimnya sentimen yang menopang mata uang rupiah, baik dalam negeri maupun eksternal," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014