"Kami bisa sampaikan disini bahwa dampak politik itu short term, atau relatif jangka pendek," kata Menkeu seusai melakukan rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) di Jakarta, Senin.
Menkeu mengatakan risiko politik tersebut memang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan lesunya perdagangan saham di pasar finansial, namun itu bukan merupakan hal yang utama.
Menurut dia, faktor eksternal karena membaiknya perekonomian di AS lebih berperan terhadap gejolak regional, termasuk di Indonesia dan situasi tersebut ikut terjadi di negara-negara berkembang ekonomi lainnya seperti Brasil, Turki dan India.
"Ini faktor dari eksternalnya lebih besar, kami tidak menutup mata bahwa tentu ada sentimen domestik, tapi itu short term," kata Menkeu.
Menkeu memastikan stabilitas ekonomi makro, hingga triwulan tiga 2014, masih terjaga ditengah proses pemulihan perekonomian dunia dan stabilitas sistem keuangan masih didukung ketahanan sistem perbankan nasional.
Meskipun kondisi ekonomi masih terjaga, pemerintah tetap menyiapkan berbagai upaya untuk mengantisipasi berbagai risiko, salah satunya dengan menjaga defisit anggaran dan mengurangi pembiayaan dari luar negeri.
"Membuat stabilitas ekonomi tetap terjaga dengan meminimalisir ketergantungan terhadap foreign financing, kalau ketergantungan utang menjadi lebih kecil, tentunya defisit anggaran bisa dibuat lebih kecil," kata Menkeu.
Pemerintah juga telah menyiapkan pendalaman dan pengembangan instrumen dalam pasar keuangan serta Bond Stabilisation Fund yang dapat dimanfaatkan apabila situasi mendesak dan krisis ekonomi melanda.
Berbagai tekanan eksternal maupun internal dalam beberapa hari terakhir telah membuat rupiah berada pada kisaran Rp12.000 per dolar AS, dan IHSG berada pada angka 5.000, meskipun kondisi fundamental ekonomi relatif stabil.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014