Bogor (ANTARA News) - Departemen Kehutanan (Dephut) menargetkan upaya pemadaman kebakaran hutan di Kalimantan selesai pada akhir bulan ini. Selain menjatuhkan bom air dengan pesawat yang dua diantaranya disewa dari Rusia, upaya pemadaman titik-titik api di daerah itu juga dilakukan dengan hujan buatan yang dilakukan secara simultan, kata Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Dephut, Arman Mallolongan di Bogor, Senin. "Target kami pemadaman api akan selesai pada bulan November ini. Pengoperasionalannya bukan hanya dengan melemparkan bom air, tetapi juga hujan buatan yang secara simultan akan dilakukan secara bersamaan," kata Arman Mallolongan disela-sela pertemuan tahunan Komite Konservasi Burung Air Migran Asia Pasifik. Ia menjelaskan, optimisme tersebut timbul setelah mencontoh proses pemadaman yang sebelumnya dilakukan di beberapa wilayah di Sumatera Selatan. "Kita sudah melihat di Sumsel, seminggu beroperasi jumlah "hotspot" yang tadinya hampir 800, kini sudah sangat mengecil," katanya. Selain itu, ia menjelaskan, untuk proses pemadaman tersebut Dephut sudah banyak mengeluarkan anggaran. "Biaya pemadaman yang disiapkan tidak kurang dari Rp10 miliar, dan lebih dari setengahnya sudah diserap," katanya. Hingga saat ini jumlah keseluruhan lahan yang terbakar di beberapa wilayah di Kalimantan belum dapat diketahui, karena masih harus menunggu hingga kegiatan pemadaman usai. "Yang pasti kerugian yang dicapai bisa mencapai miliaran rupiah," katanya. Sementara itu, Gubernur Kalsel Drs.H.Rudy Ariffin ketika memimpin pertemuan koordinasi di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin di Banjarbaru, Senin (6/11) mengatakan dua pesawat jenis Amphibi Be-200 dari Rusia dijadwalkan akan beraksi selama 45 hari di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah. Kedua pesawat yang akan beroperasi mulai 8 November tersebut akan melancarkan bom air dari udara guna memadamkan kebakaran lahan dan hutan di kedua wilayah yang mengalami kabut asap berkepanjangan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006