Kiev (ANTARA News) - Rusia mendapat tekanan yang meningkat dari Barat, Sabtu untuk menyelamatkan gencatan senjata Ukraina dengan pemberontak pro-Kremlin yang melancarkan serangan yang meningkat terhadap satu bandara penting bagi perjuangan kemerdekaan mereka.
Tetapi para pengamat mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin siap utuk dikucilkan dan sanksi-sanksi ekonomi sebagai pengorbanan untuk memperkuat cengkeramannya di wilayah timur Ukraina yang banyak industri itu.
Lebih dari 70 tentara Ukraina dan warga sipil tewas sejak Moskow dan Kiev menandatangani gencatan senjata pada 5 September yang bertujuan untuk menghentikan perang lima bulan yag menewaskan hampir 3.300 orang di Ukraina.
Juru bicara pertahanan Ukraina Andriy Lysenko mengatakan Sabtu bahwa dua tentara lagi tewas.
Gencatan senjata itu diperkuat dengan perjanjian 19 September untuk membentuk satu zona demiliterisasi disepanjang garis depan yang memotong satu bagian kecil daerah tenggara yang penduduknya berbahasa Rusia yang diklaim pemberontak.
Tetapi pertempuran terus berlangsung dan tidak ada penarikan pasukan.
Para pemberontak kini melakukan satu pertempuran bersama untuk menguasai bandara di pinggir pangkalan utama mereka kota Donetsk yang dapat memberi mereka akses ke pasokan bantuan Rusia yang dikirim lewat udara.
Pasukan Ukraina memperkuat pusat transpor itu -- yang pernah menjadi tersibuk dalam industri di wilayah timur-- dengan tanpa harapan. Mereka sempat kehilangan kekuasaan sebentar lantai pertama terminal tuanya Jumat sebelum mengklaim telah merebut kembali.
Serangan yang meningkat mendorong Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menelopon Menlu Rusia Sergei Lavrov dengan meminta Kremlin segera mengekang pemberontak dan menarik unit-unit tentara yang digelar diperbatasan timur Ukraina.
"Rusia harus menggunakan pengaruhnya dengan kelompok separatis untuk menghentikan serangan-serangan ini segera dan menghentikan arus senjata, peralatan dan para petempur ke Ukraina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki.
"Rusia harus menarik seluruh pasukan militernya dan peralatan termasuk para petempur Rusia dari Ukraina."
Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Uni Eropa juga menyatakan cemas atas situasi di Ukraina timur itu.
Tetapi tidak semua orang di Kiev senang dengan tanggapan Barat itu.
Washington menolak permintaan Preiden Ukraina Petro Poroshenko bagi bantuan militer dan beberapa anggota Uni Eropa-- yang khawatir akan kemungkinan balas dendam pengurangan paoskan gas Rusia--sedang berusaha mencabut sanksi-sanksi yang menggigit yang diberlakukan pada kalangan dalam Putin dan perusahaan-perusahaan negara.
Mantan Presiden Ukraina Viktor Yushchenko -- pmimpin Revolusi Oranye pro-demokrasi tahun 2004 yang bermusuh dengan Moskow ketika berkuasa selama lima tahun, mengatakan ia "kecewa" pada sejumlah negara Eropa Timur karena menentnag langkah menghukum lebih jauh.
"Saya terutama kecewa pada teangga kami sendiri , dan juga pada Austria," katanya dalam mingguan Viennas Profil.
Hukuman ekonomi yang diberlakukan telah memaksa bank-bank terbesar Rusia dan perusahaan-perusahaan minyak meminta penyelamatan keuangan yang besar-besaran yang pemerintah tidak dapat berikan, demikian AFP.
(H-RN)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014