"Ke depan, ekonomi Bali dengan bisnis pariwisatanya akan terus tumbuh, sehingga kebutuhan listrik juga makin meningkat," kata Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, dengan pasokan gas 40-50 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), maka PLTG Pesanggaran mampu membangkitkan daya listrik hingga 600 MW saat beban puncak.
Namun, lanjutnya, kalau digunakan secara penuh maka kapasitas pembangkit bisa mencapai 200 MW.
Saat ini, anak usaha PT PLN (Persero), PT Indonesia Power tengah membangun PLTG di Pesanggaran tersebut.
PLTG itu akan menggantikan dan meremajakan PLTD/PLTG berbahan bakar minyak yang sebelumnya beroperasi di lokasi sama.
Pembangkit gas baru direncanakan memasok listrik mulai awal 2015.
Saat ini, PLTD/PLTG Pesanggaran yang berbiaya mahal tersebut memasok sebagian kebutuhan listrik di Bali.
Selain PLTD/PLTG Pesanggaran, Bali juga dipasok PLTG Gilimanuk yang masih memakai BBM dengan kapasitas 130 MW dan pasokan dari Jawa melalui empat sirkuit kabel laut berkapasitas 300 MW.
Pada akhir 2014, Bali juga mendapat pasokan listrik dari PLTU Celukan Bawang, Buleleng Unit 1 dengan kapasitas 130 MW.
Beban puncak di Bali saat ini mencapai 735 MW, dengan daya mampu 890 MW.
Daya mampu tersebut bakal segera terlewati mengingat pertumbuhan listrik di Bali mencapai delapan persen per tahun.
Pasokan gas PLTG Pesanggaran berasal dari terminal gas alam cair (LNG) yang akan dibangun PT Perta Daya Gas, perusahaan patungan PT Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), dengan Indonesia Power di kawasan Pelabuhan Benoa, Bali.
PT Pertagas Niaga, anak usaha Pertagas, akan menyalurkan gas dari terminal LNG di Benoa ke pembangkit di Pesanggaran sejauh tiga km.
Terminal gas berbentuk "land storage and regasification unit" (LSRU) tersebut direncanakan beroperasi 2016-2017.
Namun, mengingat PLTG Pesanggaran beroperasi 2015, maka diupayakan menyewa fasilitas terapung (floating storage and regasification unit/FSRU) sementara sampai LSRU di darat beroperasi.
Jarman mengatakan, pemakaian BBM di Bali merupakan salah satu yang terbesar, setelah Medan dan sekitarnya.
"Pemerintah akan terus menurunkan porsi BBM dalam bauran energi pembangkit dari 9,7 persen pada 2014 menjadi 8,5 persen tahun depan, dan terus turun hingga satu persen pada 2020," ujarnya.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014