Jakarta, (ANTARA News) - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menegaskan bahwa hujan lebat penyebab banjir tidak memiliki siklus lima tahunan atau berapa tahun pun, karena curah hujan dari tahun ke tahun sebenarnya sama. "Banjir itu ditentukan lingkungannya, misalnya 40 persen wilayah di Jakarta yang berada di bawah muka laut, menjadi wilayah hilir dari 13 sungai, bangunan yang semakin banyak, atau sistem drainase yang kurang baik," kata Kepala Bidang Informasi Meteorologi BMG, Ahmad Zahir di Jakarta, Senin (6/11). Berkaitan kondisi tersebut, lanjut dia, Jakarta sudah seharusnya selalu waspada akan kemungkinan banjir tanpa perlu mengikuti isu banjir lima tahunan, khususnya di 78 titik banjir seperti Kampung Melayu, Cipinang atau Pejaten. "Lihat saja, utan kayu sudah kebanjiran hanya karena hujan 20mm yang berlangsung selama 1,5 jam. Bagaimana kalau hujan lebih lama dan mencapai 100mm?" katanya. Puncak hujan, jelasnya, diperkirakan baru terjadi pada Januari-Februari 2007 dengan intensitas dan frekuensi curah hujan yang tinggi, bisa mencapai 400mm per bulan. Saat ini, ujarnya, Jakarta dan Jawa umumnya masih musim panca roba menuju musim penghujan dengan karakter hujan datang dengan tiba-tiba, pada sore atau malam hari, dan disertai petir dan angin kencang. "Makin ke pertengahan November, peluang curah hujan makin besar dan diperkirakan yang paling besar pada Januari-Februari," katanya. Sumatera bagian utara sudah memasuki musim hujan sejak September-Oktober, bahkan Provinsi Aceh dan Sumatera Utara serta Sumatera Barat sudah seharusnya makin waspada, ujarnya. Sedangkan curah hujan di Provinsi Jambi, Riau atau Palembang masih termasuk jarang dan belum bisa diharapkan untuk melenyapkan asap secara tuntas, ujarnya.(*)
Copyright © ANTARA 2006