Barkat berikrar "takkan membekukan pembangunan buat setiap orang di ibu kota Israel, dan mengatakan pembangunan permukiman baru tersebut "mendasar, penting dan akan berlanjut dengan kekuatan penuh".
Pada Rabu (1/10), Komite Kabupaten Jerusalem memberi persetujuan akhir bagi pembangunan 2.612 rumah di Givat Hamatos, atau Bukit Pesawat, satu permukiman baru di Jerusalem Selatan dan Bethleham, di seberang Jalur Hijau pra-1967.
Belakangan, AS memperingatkan bahwa tindakan tersebut "membahayakan hubungan Israel bahkan dengan sekutu terdekatnya", dan mempertanyakan komitmen Israel untuk merundingkan perdamaian dengan Palestina.
Juru Bicara Presiden AS Barack Obama, Josh Earnest, mengatakan perkembangan itu "meracuni suasana bukan hanya dengan Palestina, tapi juga dengan setiap pemerintah Arab.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan ia ingin membina hubungan dengan mereka".
Sementara itu Netanyahu juga mengecam pengutukan AS dan mengatakan Gedung Putih mesti "mempelajari informasi tersebut secara layak sebelum memutuskan untuk mengambil keputusan seperti itu".
Rencana pembangunan permukiman telah berjalan selama bertahun-tahun, tapi penerbitan resmi ditangguhkan sampai pekan lalu sejak itu disetujui pada Desember 2012.
Givat Hamatos akan menjadi permukiman baru pertama di Jerusalem sejak Har Homa didirikan pada 1997.
Israel menduduki Jerusalem selama Perang Timur Tengah 1967 dan secara sepihak mencaplok daerah itu pada 1980 serta mengakui Jerusalem sebagai "ibu kota bersatu negara Yahudi", dalam tindakan yang tak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Sementara itu, Palestina mengingini Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014