Teheran (ANTARA News) - Iran, Sabtu, berhasil melakukan ujicoba senjata baru dan sebuah sistem rudal anti helikopter pada hari ketiga ari latihan perang terbarunya. "Generasi baru senjata-senjata anti helikopter dan anti kendaraan lapis baja berhasil diujicoba pada hari ketiga dari pelatihan perang," kata pembaca berita di televisi pemerintah, sementara gambar-gambar ujicoba itu ditayangkan. Dalam pelatihan perang "Nabi Besar II" , yang menurut rencana akan berlangsung 10 hari, Iran sejauh ini telah menembakkan rudal Shabab-3 miliknya yang berdaya jangkau lebih jauh untuk pertama kami dalam manuver-manuver serta tipe-tipe baru rudal-rudal laut ke udara dan laut ke laut. Senjata-senjata yang dapat menembus kendaraan lapis baja diujicoba, Sabtu termasuk sebuah senapan yang dilengkapi dengan daya penglihatan khusus yang dapat mengidentifikasi musuh tujuh kilometer dan dapat menembus satu sasaran yang memakai satu rompi anti peluru dari jarak tiga kilometer. Senjata anti mobil lapis baja yang diujicoba adalah satu sistem yang dirancang untuk menembus plat lapis baja tank yang "dapat dibawa oleh satu orang, dengan akurasi yang tinggi, kecepatan tinggi dan daya ledak tinggi". "Peluru dari sistem itu dapat menembus peralatan lapis baja dan kemudian meledak," kata televisi itu. Senjata anti helikopter sangat akurat. Empat rudal anti helikopter dapat ditembakkan dari sistem masing-masing. Senjata anti helikopter dapat menghantam helikopter dalam keadaan yang berbeda," tambah televisi itu. "Senjata anti baja mampu menembus berbagai rompi anti peluru yang canggih " serta bagian luar lapis baja taank, katanya. Pelatihan perang itu dilakukan pada saat meningkatnya tekanan internasional terhadap program nuklir Iran, dengan AS memimpin satu usaha bagi pengenaan sanksi-sanksi PBB karena tidak menghentikan aktivitas pengayaan uraniumnya. Pelatihan itu juga dilakukan bertepatan dengan pelatihan angkatan laut yang dipimpin AS di lepas pantai Teluk dekat perairan Iran dalam satu ujian kemampuan unuk menghentikan perdagangan senjata pemusnah massal, pertama kali pelatihan seperti itu dilakukan di daerah itu. Ketua komisi keamanan parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi, Sabtu mengecam pelatihan perang yang dipimpin AS itu, yang ia katakan akan meningkatkan ketegangan di kawasan itu. "Negara-negara imperialis seperti AS berada di sini dengan niat jahat. Mereka tamu-tamu yang tidak diinginkan yang kehadirannya adalah satu sumber ketidakstabilan dan kekacauan di kawasan itu," katanya, yang dikutip kantor berita IRNA.
Copyright © ANTARA 2006