Gorontalo (ANTARA News) - Barangkali tak pernah terpikirkan oleh putri asal Gorontalo, Bianca Prakesi Tamalati, untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia pada usia yang baru menginjak remaja. Betapa tidak, gadis berusia 15 tahun yang akrab dipanggil Rara tersebut, telah berhasil memenangkan medali emas dalam Kejuaraan Shotokan Karate Federasi Internasional (SKIF) di Tokyo, Jepang, pada Jumat (4/11). Bagi Rara, kemenangan yang diperolehnya semata-mata untuk membawa nama Indonesia ke dunia olahraga internasional, yang selama ini hanya dikenal dengan pemain bulutangkis terbaiknya. "Kalau bulutangkis atau cabang olahraga lain bisa eksis di tingkat internasional, kenapa karate tidak," ujar anak pertama dari pasangan Haris Tamalati dan Nelmi Diko itu, saat ditemui menjelang keberangkatannya ke Jepang beberapa waktu lalu. Bahkan, Rara yang sempat menelepon kedua orang tuanya di Gorontalo seusai pertandingan, mengaku tak sedikitpun merasa gugup atau grogi ketika menghadapi semua lawannya. Menariknya lagi, ia bahkan baru pertama kali ini mengikuti kejuaraan dunia dan tanpa ampun langsung menaklukkan lawan dan membawa penghargaan bagi Indonesia dan kebanggaan bagi masyarakat Provinsi Gorontalo. Rara yang telah berlatih karate sejak duduk di bangku kelas I SD mengaku tak kalah bahagianya bisa menapakkan kaki di Jepang, negara yang paling didambakannya untuk dikunjungi pertama kali. "Alhamdulillah tercapai dan malah ditambah bonus medali emas," ungkap siswi kelas II SMU Negeri III Gorontalo itu, sebagaimana yang diceritakan bapaknya, Haris Tamalati. Ucapan rasa syukur kepada Allah SWT serta terima kasih kepada kedua orang tua serta para pelatih yang memberikan dukungan penuh untuk mendalami ilmu karate, selalu terucap dari kedua bibir gadis yang dikenal pendiam tersebut. "Saya berangkat ke Jepang hanya bermodalkan doa dan restu dari kedua orang tua serta seluruh masyarakat Indonesia dan berharap dapat membalasnya dengan prestasi ini," katanya. Meskipun telah menyabet puluhan penghargaan di tingkat nasional dan kerap menghabiskan waktu untuk berlatih, Rara tetap menomorsatukan pendidikan, sehingga ia pun tidak ketinggalan dalam pelajaran sekolah. "Berekspresi lewat kegiatan ektra itu harus, tapi prestasi di sekolah tetap wajib," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006