mengalahkan mereka dengan membiarkan Iran menguasai senjata nuklir sama saja dengan memenangkan satu pertarungan tapi kalah dalam perang secara keseluruhan
PBB (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Sidang Umum PBB pada Senin mengatakan bahwa ancaman senjata nuklir dari Iran jauh lebih besar dibanding kelompok Daulah Islam (atau juga dikenal sebagai ISIS).
Kelompok Daulah Islam yang saat ini menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah telah menjadi perbincangan utama Sidang Umum PBB selama lima hari terakhir.
Namun Netanyahu berupaya mengubah topik utama tersebut dengan mengatakan bahwa Iran, Daulah Islam, dan Hamas adalah bagian dari satu kelompok. Dia bahkan membandingkan ketiganya dengan rezim Nazi Jerman yang membunuh jutaan Yahudi pada masa Perang Dunia II.
"Nazi percaya akan keunggulan ras, sementara kelompok garis keras percaya akan keunggulan agama," kata Netanyahu saat menyampaikan pidato di depan 193 negara anggota PBB di New York.
"Daulah Islam harus dikalahkan. Namun mengalahkan mereka dengan membiarkan Iran menguasai senjata nuklir sama saja dengan memenangkan satu pertarungan tapi kalah dalam perang secara keseluruhan," kata dia.
"Hal yang mudah mengalahkan kelompok garis keras yang hanya bersenjatakan senapan Kalashnikov, namun yang sulit adalah menghadapi mereka yang mempunyai senjata pemusnah massal," kata Netanyahu.
Iran sendiri telah berulangkali membantah tuduhan negara Barat yang menyatakan bahwa mereka tengah mengembangkan senjata nuklir. Tehran juga membuka perundingan internasional--termasuk dengan Amerika Serikat--untuk mencabut untuk mencabut sejumlah sanksi ekonomi yang diterimanya.
Dengan mengatakan bahwa Iran dan Daulah Islam adalah satu kelompok, Netanyahu nampak berupaya untuk menimbulkan keraguan pada publik Amerika Serikat mengenai kebijakan perundingan dengan Iran untuk mengakhiri sengketa nuklir yang telah berlangsung selama 12 tahun.
Menanggapi pernyataan Netanyahu soal pengelompokan Iran dengan organisasi teroris, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Jen Psaki, mengatakan "Kami tidak setuju dengan karakterisasi itu."
Netanyahu sendiri dengan sengaja menyebut Tehran dengan nama Negara Islam Iran, meskipun nama resmi negara tersebut adalah Republik Islam Iran, untuk membuat persamaan dengan Daulah Islam, yang secara harfiah berarti Negara Islam.
Di tempat dan waktu yang sama, Iran bersama Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Tiongkok dan Jerman (P5+1) tengah melangsungkan perundingan nuklir di sela-sela Sidang Umum PBB.
Kedua belah pihak masih belum dapat menjembatani perbedaan pendangan mengenai sejumlah persoalan seperti masa depan skala program nuklir Iran dan juga pencabutan sanksi.
Iran dan P5+1 dijadwalkan akan bertemu kembali di Eropa pada dua pekan ke depan.
Pidato Netanyahu di PBB dinilai merupakan bagian dari upaya Israel untuk mempengaruhi Washington untuk tidak membuat konsesi dengan Iran.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014