Industri wisata bahari sangat prospektif bagi kita dan peluangnya sangat besar

Jakarta (ANTARA News) - Sektor pariwisata khususnya yang terkait dengan wisata kawasan perairan di Indonesia dinilai masih belum diberdayakan secara optimal, sehingga mental pemangku kepentingan wisata mesti mengubah menuju mental kelautan.

"Kita harus lebih banyak melihat ke laut. Kita masih banyak yang bermental darat," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar dalam diskusi bertajuk "Wisata Bahari, Bisnis, dan Investasi Masa Kini," yang digelar di Auditorium Adhiyana Wisma Antara, Jakarta, Senin.

Sapta mengingatkan pada zaman dahulu, pelaut Indonesia sendiri sebenarnya telah berhasil membuat kapal dengan teknologi yang sederhana, bisa berlayar hingga ke Ghana di benua Afrika.

Sedangkan pada masa modern ini, ujar dia, Republik Indonesia dinilai masih belum mengembangkan mental kelautan yang terindikasi dari baru munculnya Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan pada era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan kini berubah menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Padahal, menurut dia, bisnis investasi terkait turisme dan rekreasi di kelautan Indonesia dinilai memiliki peluang yang terbuka luas, terutama karena segmen pasar internasionalnya sangat besar.

"Industri wisata bahari sangat prospektif bagi kita dan peluangnya sangat besar," tukasnya.

Sapta mengingatkan bahwa Indonesia memiliki ribuan pulau dan bila setiap pulau bisa menghasilkan ribuan dolar AS per tahun maka dapat menghasilkan hingga jutaan dolar per tahun.

Sedangkan beragam contoh wisata bahari seperti olahraga menyelam dinilai juga masih banyak diminati oleh warga asing dibandingkan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri.

"Jadi kalo presiden mendatang berpihak ke laut, itu adalah keharusan," ucapnya.

Sementara itu, Anggota Dewan Kelautan Indonesia Ismail Ning mengingatkan bahwa investasi bahari sangat mahal dan untuk tingkat pengembalian modalnya juga tidak sebentar dan dapat bertahun-tahun.

Ismail Ning juga menyoroti permasalahan koordinasi dan integrasi antarsektor terkait pengembangan wisata bahari.

Pemerhati budaya Ray Sahetapy mengemukakan agar selalu dibuat sesuatu hal yang baru di sektor wisata bahari seperti "pertandingan catur di bawah laut Bunaken".

Sedangkan Direktur Utama LKBN Antara Saiful Hadi mengatakan, pengembangan wisata bahari akan tidak mungkin tanpa promosi yang gencar, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dari dunia usaha.

Saiful mencontohkan Malaysia yang jumlah wisatawan mancanegaranya mencapai hingga 20 juta orang, sedangkan Indonesia hanya sekitar 9 juta atau kurang dari separuhnya.

"Promosi yang dilakukan bagaimana Malaysia bisa meyakinkan dunia bahwa Malaysia is Truly Asia," kata Dirut Antara.

Ia mengingatkan bahwa dalam pertemuan antara Joko Widodo dan sejumlah pemimpin redaksi, Presiden Terpilih itu berencana memilih menteri pariwisata yang siap pergi berbulan-bulan hanya untuk mempromosikan Indonesia di mata dunia.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014