Jakarta (ANTARA News) - Operasi udara membuat hujan buatan menggunakan Pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU, untuk memadamkan hotspot atau titik api kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan, akan terus dilakukan hingga bulan depan.
"Rencananya sampai Oktober hujan buatan akan terus dilakukan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Senin.
Operasi hujan buatan ini merupakan salah satu langkah dari petugas memadamkan hutan dan lahan yang terbakar, khususnya di Sumatera dan Kalimantan.
Sampai saat ini, kata dia, hujan buatan sudah dilakukan di Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Tengah.
"Poskonya ada di Palembang dan saat ini hujan buatan masih dilakukan di Sumatera Selatan," kata dia.
Kendati demikian, operasi hujan buatan bisa sampai dilakukan di Lampung dan Jambi, tergantung dari awan-awan yang ada di wilayah tersebut.
Pengoperasian Hercules milik TNI-AU itu dilakukan sejak Minggu (21/9) siang dengan menaburkan NaCl sebanyak empat ton dan membuat Kota Palembang dan sekitarnya mulai diguyur hujan serta titik api sudah mulai berkurang.
"Hujan buatan telah mempercepat jatuhnya hujan dan meningkatkan intensitas hujan," katanya.
Sebelumnya, BNPB menyebutkan seluas 4.051 hektare dari 11.801 hektare hutan dan lahan yang terbakar di wilayah Sumatera dan Kalimantan telah dipadamkan.
Tim penanggulangan kebakaran dibantu 2.200 personel dari TNI dan 1.050 personel Polri masih bekerja di lapangan untuk memadamkan titik api yang luasnya lebih 6.000 hektare
Sedangkan, Satgas udara BNPB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih melakukan "water bombing" dari udara dan modifikasi cuaca.
Berdasarkan pantauan satelit Modis pada Kamis (25/9), jumlah hotspot terus meningkat, terutama di wilayah Kalimantan Tengah dengan 1.041 titik.
Sementara di wilayah Kalimantan Selatan terdapat 261 titik, Kalimantan Timur 189 titik dan Kalimantan Barat 40 titik.
Untuk wilayah Sumatera yang terpantau di Sumatera Selatan terpantau 223 titik, Lampung 26 titik, Jambi lima titik dan Riau dua titik.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014