Bandarlampung, (ANTARA News) - Pengelola Suaka Rhino Sumatra (SRS/Pusat Penangkaran Badak Sumatra) di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur memastikan kondisi salah satu badak betina di sana, "Rossa", yang memerlukan perawatan medis akibat retak di telapak kaki, tidak membahayakan satwa itu. Manager SRS, drh Marcellus mengatakan kepada ANTARA Bandarlampung, Jumat petang, kondisi yang dialami "Rossa", badak betina berasal dari hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) berusia sekitar lima tahun yang kini ditangkarkan di SRS TNWK bersama tiga badak lain, relatif tidak berbahaya dan diperkirakan segera pulih. "Tidak berbahaya kok," ujar Marcellus lagi. Menurut dia, udara panas, tanah mengeras, dan kurangnya kelembaban saat kemarau sekarang ini pasti menimbulkan dampak pada telapak kaki satwa liar termasuk badak-badak tersebut. Kondisi itu dialami pula oleh badak yang juga diliarkan dalam kandang alami seratusan hektare di SRS tersebut. "Badak di sini juga terkena dampak kemarau seperti itu, termasuk pada telapak kakinya," ujar Marcellus mengakui. Namun begitu, pihaknya dengan dukungan petugas medis yang ahli satwa liar itu, terus memonitor dan merawat "Rossa" maupun badak lain di sana sehingga tidak sampai menyebabkan kondisi badak menjadi lebih buruk lagi. Dijelaskan pula, retak pada telapak kaki memang dapat terjadi pada semua badak di SRS, tetapi kondisinya tidak parah dan tidak sampai menimbulkan infeksi. "Semua badak di sini tetap sehat dan normal, kami masih dapat mengatasinya dengan baik," ujar Marcellus, seraya menyatakan dampak kemarau dan kekeringan pada telapak kaki badak seperti itu tidak dapat dihindari karena mereka juga berada di hutan. Dia juga menjelaskan bahwa perawatan kaki termasuk rutin dilakukan sebagai salah satu monitoring kondisi medis satwa badak di sana. Tapi khusus pada musim panas seperti sekarang ini, perawatan kaki itu perlu ditingkatkan. Menurut dia, selain "Rossa", kondisi dua badak betina lain di SRS, "Bina" dan "Ratu" juga relatif sama, sehingga juga mendapatkan perlakuan yang sama dalam perawatan di telapak kakinya. Namun perawatan tersebut, lebih intensif dilakukan pada satu badak pejantan di SRS, "Torgamba", mengingat usianya relatif telah tua, sehingga kondisi telapak kakinya beberapa waktu lalu sempat lebih parah dibandingkan badak lainnya. "Torgamba bahkan perlu perawatan khusus, tapi sekarang badak jantan itu telah pulih lagi kondisinya," demikian Manager SRS di TNWK, Marcellus lagi. Pusat penangkaran badak Sumatra di SRS dalam kawasan hutan TNWK di Lampung Timur itu sampai saat ini menjadi salah satu tumpuan para peneliti dan pencinta badak di dunia, sebagai upaya pembiakan secara alami pada habitat aslinya untuk satwa liar bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis) yang tergolong sangat langka dan terancam punah itu. Apalagi hingga kini, upaya pembiakan badak dengan berbagai cara baik alami maupun di kebun binatang, hingga kini belum memberikan hasil yang menggembirakan.(*)
Copyright © ANTARA 2006