Karenanya, banyak rumah penduduk yang menutup pintu dan jendela agar kabut asap tidak leluasa masuk rumah serta mengganggu kenyamanan warga setempat.
Terlebih pada malam hari, kabut asap tambah tebal dan baunya semakin menyengat bila dibandingkan dengan siang hari.
Seperti dilakukan keluarga Hj Nurul, warga Kelurahan Pemurus, Kecamatan Banjarmasin Selatan, yang merupakan daerah pinggiran kota, hampir sempanjang hari tersebut tidak membuka pintu dan jendela rumah, kecuali mau pergi.
"Walau kabut asapnya tipis, kita tetap menutup rumah agar jangan terlalu banyak masuk rumah. Karena baunya yang menyengat dan dapat mengundang batuk-batuk," ujar nenek dari dua cucu tersebut.
"Begitu pula cucuku, terutama yang paling kecil atau berumur 11 bulan, untuk sementara atau saat kabut asap menyelimuti Banjarmasin, terpaksa tidak saya bawa jalan-jalan ke luar rumah," katanya.
Pengakuan serupa dari Mursyidah ibu dari tiga anak atau nenek dari dua cucu, warga Pemurus Dalam seraya menambahkan, selain kabut asap, hawa udara terasa pengab atau kurang enak.
Kabut asap tipis menyelimuti "kota seribu sungai" Banjarmasin sejak malam hari hingga menjelang siang atau sekitar pukul 11.30 Wita, kemudian petang hingga malam hari.
Oleh sebab itu, warga yang bepergian ke luar rumah juga terpaksa menggunakan masker (penutup mulut dan hidung) agar tidak terhirup asap bekas pembakaran tersebut, dan guna menjaga kesehatan.
Kabut asap yang melanda kota seribu sungai itu, merupakan kiriman dari daerah lain. Karena di ibu kota Kalsel tersebut tidak terdapat kebakaran lahan, baik berupa semak belukar maupun persawahan.
Kebakaran lahan selama musim kemarau panjang untuk daerah Kalsel terjadi antara di wilayah Kabupaten Banjar dan Barito Kuala (Batola), yang merupakan tetangga Kota Banjarmasin.
(KR-SHN/F003)
Pewarta: Syamsuddin Hasan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014