Front Al-Nusra, cabang Al Qaida di Suriah, mengatakan serangan-serangan terhadap Suriah adalah "perang terhadap Islam", dan mengancam akan menyerang negara yang berpartisipasi.
Tujuh target diserang di Suriah, kata Pentagon, termasuk pelintasan perbatasan Turki di kota Kurdi Ain al-Arab, yang dikenal sebagai Kobane.
Organisasi pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan roket IS menghantam kota itu untuk pertama kali sejak kelompok garis keras memulai serangan pada 16 September, mencederai 12 orang.
Serangan-serangan IS menyebabkan 160.000 orang mengungsi ke Turki.
Jet-jet tempur Tornado GR4 Angkatan Udara Inggris (RAF) lepas landas dari pangkalan RAF Akrotiri di Siprus menuju Irak tetapi kembali ke pangkalan itu tanpa menjatuhkan bom.
"Pada kesempatan ini tidak ada target-target yang diidentifikasi yang membutuhkan serangan udara segera oleh pesawat kami," kata seorang juru bicara kementerian pertahanan di London.
Belgia dan Denmark juga menyetujui rencana untuk bergabung dengan Prancis dan Belanda dalam menyerang IS di Irak, yang memungkinkan Washington memusatkan perhatian pada operasi yang lebih rumit terhadap pangkalan kelompok garis keras itu di Suriah.
Washington mengatakan kelompok itu tidak dapat dikalahkan di Suriah dengan serangan udara saja, dan mengatakan sekitar 15.000 petempur pemberontak yang berhaluan "moderat" perlu untuk dilatih.
Dalam satu rekaman video, seorang juru bicara Front Al-Nusra mengancam negara-negara anggota koalisi.
"Negara-negara ini telah melakukan tindakan yang mengerikan yang menempatkan mereka dalam daftar target-target IS di seluruh dunia," kata Abu Firas al-Suri.
"Ini bukan perang terhadap Al-Nusra, tetapi perang terhadap Islam."
Sabtu, merupakan kali kedua bagi serangan-serangan udara yang dipimpin AS di sekitar Ain al-Arab sejak ISIS mulai bergerak maju, demikian seperti dikutip dari AFP.
(Uu.H-RN)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014