Medan (ANTARA News) - Real Estate Indonesia memprediksi pertumbuhan properti masih terus melambat hingga akhir tahun dampak berbagai faktor seperti adanya tahun politik dan daya beli yang masih melemah.
"Kalau tahun 2013 ke bawah properti masih bisa tumbuh di atas 10 persen, maka tahun ini tidak akan sebesar itu," kata Wakil Sekjen DPP REI , Tomi Wistan di Medan, Kamis.
Pertumbuhan yang melemah itu sudah terlihat sejak permulaan tahun dan diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir 2014.
Padahal biasanya, permintaan properti sudah terlihat banyak mulai di akhir Februari.
Menurut Tomi, melemahnya permintaan properti terjadi di semua segmen sehingga pengembang terus berupaya dengan berbagai upaya meningkatkan penjualan antara lain dengan memberi penawaran menarik seperti harga jual yang riil.
"Harusnya itu dimanfaatkan konsumen dengan membeli," katanya.
Alasan Tomi karena tahun 2015 harga diperhitungkan mengalami lonjakan sejalan dengan pulihnya permintaan.
Dia menegaskan, bisnis properti tahun depan akan membaik dibandingkan tahun ini dampak banyak hal juga seperti semakin baiknya perekonomian karena tahun politik usai dengan sukses.
"Tahun 2015, pebisnis akan lebih serius dan berani menjalankan bisnisnya apalagi perbankan diyakini tidak ragu lagi mengucurkan dana pinjaman seperti di 2014 ,"katanya.
Akibat pergerakan bisnis semakin membaik, maka dampak negatif penerapan aturan loan to payment (LTP) atau uang muka yang besar dan lainnya, bisa ditekan atau kurang dirasakan konsumen pada tahun depan.
"Untuk lebih membaik, Pemerintahan baru diharapkan bisa memberikan dukungan lebih besar seperti kemudahan perizinan dan menekan laju BI Rate yang bisa menekan kenaikan suku bunga KPR," katanya.
Suku bunga kredit yang bisa ditekan dapat menahan laju inflasi sehingga daya beli membaik. (E016/A029)
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014