Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, turun 15 poin menjadi Rp11.968 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin Rp11.953 per dolar AS.
"Kinerja dolar AS masih membebani mata uang rupiah sehingga alat tukar Indonesia itu kembali berada di area negatif," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir.
Ia mengemukakan bahwa dolar AS menguat setelah data penjualan rumah baru di AS menunjukkan kenaikan.
Situasi itu, menurut dia, dapat memberikan bukti berlanjutnya pemulihan ekonomi negeri Paman Sam itu sehingga proyeksi Bank Sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) untuk menaikkan suku bunganya cukup kuat.
"Setiap kali muncul ekspektasi kenaikan suku bunga AS (Fed rate), mata uang rupiah cenderung mengalami pelemahan. Apalagi, sentimen the Fed untuk menaikkan suku bunga lebih cepat setelah mengakhiri program pembelian obligasinya juga masih kuat," katanya.
Menurut dia, pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS saat ini lebih bersifat koreksi menyusul minimnya sentimen positif baik dari dalam negeri maupun eksternal yang dapat menopang nilai tukar mata uang domestik.
Meski demikian, menurut dia, merebaknya harapan akan adanya pelonggaran moneter dari bank sentral Tiongkok untuk menjaga ekonominya dapat memberikan sentimen positif bagi Indonesia sehingga pelemahan rupiah tidak terlalu dalam.
"Outlook perekonomian mitra dagang utama Indonesia itu bisa berdampak positif bagi rupiah ke depannya," katanya.
Sementara kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (25/9) tercatat nilai rupiah bergerak menguat menjadi Rp11.947 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp11.976 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014