Makkah (ANTARA News) - Petugas haji Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Makkah menemukan seorang jamaah haji asal Gowa, Sulawesi Selatan, Cada Daeng Nompo (60), yang diduga jamaah nonkuota dengan menggunakan gelang indentitas palsu dan hingga Rabu pagi waktu setempat belum ditemukan tempat menginapnya.
Daeng Nompo yang tidak lancar berbahasa Indonesia tersebut ditemukan oleh seorang petugas haji pada Selasa (23/9) setelah waktu sholat Ashar. Kemudian jamaah tersebut diantar ke Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Makkah pada Selasa malam.
Semula Daeng Nompo diduga adalah jamaah haji resmi karena menggunakan gelang identitas yang sama dengan jamaah reguler. Namun setelah diteliti ada kejanggalan di gelang tersebut karena nama jamaah tidak sama. Selain itu tidak ada nomor kloternya. "Diberi gelang di hotel," kata Daeng Nompo lugu. Padahal gelang bagi jamaah resmi dibagikan di Indonesia.
Dia membawa tas yang berlogo AWM Tour. Namun tas itu hanya berisi makanan dan tidak ada identitas apapun sehingga sulit ditemukan tempat menginapnya.
Daeng Nompo mengaku berangkat dari Makassar menuju Jakarta dan langsung ke Jeddah pada Senin. Di Jakarta ia bertemu seseorang yang menjadi pembimbing. "Ada sekitar 10 orang dari Makkasar. Di Jakarta ada lagi (jamaah lainnya)," katanya tanpa mengetahui jumlah jamaah seluruhnya.
Setibanya di Jeddah, ia langsung dibawa ke Makkah. Ia mengaku menggunakan kain ihram di hotel di Makkah dan miqot (memulai ibadah umrah) di Tan'im (Makkah), bukan di Jeddah.
Selanjutnya Daeng Nompo, melakukan tawaf (berkeliling Kabah selama tujuh kali) di Masjidil Haram. "Tapi baru lima kali sudah kehilangan rombongan. Terpaksa berkeliling sendiri," katanya dengan bahasa Indonesia terbata-bata.
Setelah menyelesaikan tawaf, Daeng Nompo langsung keluar Masjidil Haram untuk mencari kawan-kawannya. Padahal sebaiknya ia melakukan sai (berjalan diiiringi lari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah selama tujuh kali). "Tapi tidak bertemu kawan-kawan (setelah tawaf)," katanya sampai akhirnya bertemu seorang petugas haji resmi yang selanjutnya mengantar ke Daker Makkah.
Daeng Nompo yang berpendidikan SD mengaku membayar Rp80 juta untuk berangkat haji. Angka tersebut hampir menyamai biaya haji khusus (dulu ONH plus) yang minimal 8.000 dolar, sementara biaya haji reguler adalah Rp35-35 juta. Namun ia mengaku tidak terlalu menunggu lama. "Tidak apa-apa, dari pada menunggu lama," katanya.
Saat ditanya apakah biaya itu besar, Deang denga lugu mengatakan tidak, yang lalu disambut tertawa petugas haji. "Tidak mahal. Tidak apa-apa," kata Daeng Nompo yang mengaku antara lain memiliki kebun sawit, coklat, dan strawberry.
Ia pun sempat tidak mau menginap di Daker terlebih dahulu pada Selasa malam. "Biar tiga hari cari hotel tidak tidur tidak apa-apa," katanya.
Daeng Nompo hanya memberi informasi bahwa tempat tinggalnya dekat masjid dan agak menanjak. Tempatnya menginap cukup bagus dan sedang direnovasi. Setelah dicari hingga Rabu pukul 02.00 dini hari dan tidak juga ditemui penginapannya, Daeng Nompo menyerah juga dan tidak keberatan tidur dulu di kantor Daker Makkah.
Rabu pukul 06.00 pagi, Daeng Nompo kembali minta diantarkan ke hotelnya namun kembali belum ditemukan. Karena saat itu dia belum melakukan sai maka seorang konsultan haji Indonsia Salman Maggalatung. Ia selanjutnya kembali ke Daker Makkah.
"Tidak masalah uang. Ini mungkin kemauan Tuhan, kalo rejeki pasti ketemu hotel, apalagi bapak-bapak (petugas) membantu," katanya.
Sebelumnya Tim Media Center Haji (MCH) bersama petugas Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Makkah, juga menemukan sepasang suami istri yang diperkirakan merupakan jamaah haji nonkuota dengan kondisi memelas padahal mereka membayar mahal. Namun tempat tinggal mereka berhasil ditemukan.
Haji nonkloter adalah bukan haji resmi yang ditangani oleh Kementerian Agama dan keberangkatannya berhaji tanpa sepengetahuan pemerintah Indonesia. Dalam dua kasus yang ditemukan, jamaah nonkuota tidak membawa identitas apapun sehingga sangat riskan jika mereka tersesat. Namun demikian pihak pemerintah tidak lepas tangan dan membantu jika mereka kesulitan.
Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014