Jakarta (ANTARA News) - Gerakan Bersama Pengembangan Keuangan Mikro Indonesia (Gema PKM Indonesia) menyebutkan bahwa lembaga keuangan mikro (LKM) di Indonesia baru mampu melayani sekitar 12 persen dari jumlah penduduk miskin di Indonesia. "Selama ini di Indonesia, bidang keuangan mikro dilayani oleh LKM bank dan non bank. LKM non bank terdiri dari lembaga formal seperti koperasi sementara non formal antara lain Baitul Mal wa Tanwil (BMT) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)," kata Sekjen Gema PKM Indonesia, Bambang Ismawan di Jakarta, Kamis. Meski melibatkan sektor perbankan, tegas Bambang, berdasar laporan Bank Indonesia (BI), LKM di Indonesia baru mampu melayani 12 persen dari jumlah penduduk miskin. "Data yang dihimpun sendiri oleh Gema PKM Indonesia menunjukkan LKM non bank menjangkau 11 juta keluarga miskin," kata Bambang. Menurut Bambang, keuangan mikro di Indonesia sebenarnya telah tumbuh sejak sekitar 110 tahun lalu. Banyak negara termasuk Bangladesh belajar keuangan mikro di Indonesia, namun di Indonesia keuangan mikro tidak tumbuh pesat seperti di negara lain. "Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan dan strategi nasional untuk pengembangan keuangan mikro sehingga dibutuhkan kesadaran bersama perlunya reorientasi peran pemerintah untuk menghentikan secara bertahap berbagai program pemberian subsidi bunga dan skim kredit untuk sasaran tertentu," katanya. Menurut dia, Indonesia juga perlu membangun lingkungan yang kondusif bagi keuangan mikro mikro di luar bank dan koperasi untuk memenuhi permintaan atas jasa keuangan yang beraneka ragam. Selain itu diperlukan legalisasi berbagai kegiatan LKM bukan bank dan bukan koperasi, termasuk kegiatan menghimpun simpanan masyarakat dalam wilayah dan di dalam ambang batas tertentu. Ia menyebutkan, keuangan mikro perlu dikembangkan di Indonesia dalam rangka menanggulangi kemiskinan. Menurut dia, pengembangan layanan keuangan mikro itu sejalan dengan Global Microcredit Summit Campaign yang mencanangkan layanan keuangan mikro harus menjangkau hingga 100 juta keluarga. "Laporan Global Microcredit Summit Campaign tahun 2006 menyebutkan bahwa pada akhir 2005, layanan keuangan mikro telah mampu menjangkau 113 juta keluarga, 82 juta di antaranya adalah keluarga paling miskin dan 84 persen perempuan. Data tersebut dihimpun dari 3.100 lembaga keuangan mikro di seluruh dunia," katanya. Jumlah tersebut menunjukkan adanya peningkatan di mana pada tahun 1997, Global Microcredit Summit Campaign mengumumkan bahwa layanan LKM seluruh dunia baru menjangkau 7,6 juta keluarga miskin.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006