Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah kendala masih menghambat industri animasi di Indonesia.

Head of Creative MD Animation, Eki NF, mengungkapkan, pihaknya masih terkendala sumber daya manusia, modal, hardware, infrastruktur dan software.

"Soal sumber daya manusia misalnya, animator kita banyak namun mereka tersebar dan untuk mendatangkan mereka ke Jakarta banyak tantangannya lah, seperti menambah urbanisasi. Koneksi internet kita masih repot," ungkap Eki kepada ANTARA News, di sela penyelenggaraan festival popular culture Asia 2014, di Jakarta.

Selanjutnya, kata Eki, software yang saat ini bisa didapat secara gratis, tak ada jaminan akan terus gratis.

"Dua tahun lagi kita tidak tahu, apakah masih gratis. Kalau kita pakai yang berbayar, satu software hanya bisa dipakai satu komputer, itu Rp40 juta. Kita sekarang didukung sekitar 200 animator, bayangkan 200 komputer sudah berapa biayanya," paparnya.

Eki menambahkan, kendala lainnya ialah soal distribusi penayangan di televisi yang masih sangat terbatas.

Dia mengakui industri kreatif bidang animasi menjadi salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia.

Teknologi komputer yang menjadikan 3D grafis dan visual efek semakin canggih, menjadikan lahan yang menjanjikan dalam industri kreatif.

"Kita bareng-bareng jalan, kita akan tahu sendiri kok masalahnya apa. Kita juga akan berpikir solusinya bagaimana," katanya.

Sementara itu, menurut Founder festival Popular Culture (Popcon) Asia, Grace Kusnadi Goh, pelaku industri kreatif lokal masih terkendala jaringan.

Menurut dia, kualitas konten para kreator lokal tidak perlu diragukan lagi.

"Kendalanya soal networking. Kalau dari segi bakat kita enggak kalah dari negara lain. Makanya, di Popcon Asia ini kita juga undang pelaku industri kreatif dari luar (negeri),supaya mereka bisa lihat konten-konten lokal kita. Kreator-kreator lokal juga bisa membangun networking, " kata Grace saat ditemui dalam kesempatan yang sama.

"Tahun depan, Popcon akan diselenggarakan juga di Surabaya dan Makassar. Semoga bisa membantu kreator lokal membangun networking," tambah dia.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014