Penghormatan terakhir kepada almarhum dilakukan oleh seluruh rekan sekolah bersama dengan instruktur pilot yang hadir dalam pemakaman tersebut.
General Manager Merpati Pilot School (MPS) Kapten Novi Isnurianto, di lokasi pemakaman mengatakan bahwa Harist dikenal sebagai sosok yang tangguh dan pantang menyerah.
"Ia sering memberikan motivasi kepada rekan-rekannya untuk selalu maju dalam melakukan tugas sekolahnya," katanya.
Secara nilai akademik, katanya, Harist memiliki nilai yang cukup baik.
Menurut Kapten Novi, pesawat yang diterbangkan Harist merupakan pesawat latih yang dibuat sekitar tahun 1980-an dengan jam terbang yang relatif masih sedikit.
"Pesawat itu tidak bisa dilihat dari lamanya tahun pembuatan tetapi lebih dilihat dari jam terbang pesawat itu, apalagi pesawat yang digunakan itu memiliki jam terbang relatif masih sedikit," katanya.
Ia menuturkan sesaat sebelum kecelakaan terjadi, pesawat sudah beberapa kali digunakan oleh siswa yang lain untuk melakukan penerbangan solo.
"Sesuai dengan dengan silabus pendidikan kami, seorang pilot yang ingin mengemudikan pesawat komersial harus melakukan terbang solo minimal 20 jam dari total 50 jam terbang," katanya.
Saat ini, pihaknya masih menunggu hasil laporan dari Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi yang sekarang sudah berada di lokasi tempat terjatuhnya pesawat.
"Kami masih menunggu hasil dari identifikasi yang dilakukan oleh KNKT terkait dengan musibah yang kami alami tersebut," katanya.
Sebelumnya, sebuah pesawat latihan terbang milik Merpati Pilot School (MPS) terjatuh di tengah persawahan di Desa Marengan Daya, Kecamatan/Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Jumat (19/9).
Pesawat berwarna putih dengan kombinasi biru yang dikemudikan Harist Yondi Adzkarahman itu hancur berkeping-keping sekitar satu kilometer dari Bandara Trunojoyo, Sumenep.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014