New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia ditutup bervariasi pada Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan kontrak berjangka WTI di bawah tekanan dari dolar yang lebih kuat dan Brent naik setelah Skotlandia menolak kemerdekaan dari Inggris.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober, turun 66 sen, menjadi ditutup pada 92,41 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik 69 sen menjadi menetap di 98,39 dolar AS per barel di London, pulih dari tingkat terendah dua tahun awal pekan ini.
Kontrak WTI melemah karena dolar diperdagangkan pada posisi tertinggi enam tahun terhadap yen dan di tertinggi 14-bulan terhadap euro.
Greenback menguat setelah Federal Reserve pada Rabu (17/9) mempertahankan jadwal tentang kenaikan suku bunga AS tetapi menunjukkan mereka bisa meningkatkan suku bunga lebih tajam dari yang dibayangkan.
Dolar yang lebih kuat menambah tekanan ke bawah terhadap minyak yang dihargakan dalam dolar, karena lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah.
"Harapan untuk potensi kenaikan suku bunga AS tahun depan membuat dolar lebih menarik -- dan itu memberikan hubungan terbalik, pasar minyak mentah kurang menarik," kata Matt Smith dari Scheider Electric.
Bertahannya kekhawatiran permintaan di pasar setelah data resmi pada Rabu menunjukkan bahwa stok minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen terbesar emas hitam di dunia, naik 3,7 juta barel pada pekan lalu, bukan penurunan 1,2 juta barel seperti yang diharapkan.
Tim Evans dari Citi Futures mencatat kontrak WTI Oktober melihat beberapa penjualan menjelang berakhirnya masa kontrak pada Senin (22/9).
Pedagang minyak juga berfokus pada referendum Skotlandia karena adanya cadangan besar di Laut Utara di lepas pantai Skotlandia.
Skotlandia menolak kemerdekaan dalam pemungutan suara pada Kamis (18/9) yang mempertahankan Inggris Raya berabad-abad utuh tetapi menuju perombakan utama yang akan memberikan otonomi lebih besar kepada Skotlandia dan Inggris.
Hasil referendum membantu mengangkat pasar keuangan pada Jumat karena menghapus ketidakpastian dari terpisahnya Skotlandia dari Inggris, demikian AFP.
(A026)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014