Denpasar, 2/11 (ANTARA) - Kawasan hutan bakau sekaligus tempat rekreasi sambil memancing ikan di Prapat Benoa, Denpasar selatan kondisinya cukup memprihatinkan oleh sampah plastik yang mencemari kawasan tersebut. Proyek percontohan kerjasama Departemen Kehutanan RI dengan "Japan International Cooperation Agency-JICA" menerima "kiriman" sampah-sampah yang dibuang masyarakat ke Sungai yang bermuara ke hutan bakau, kata Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Bali, Ir Made Sulendra di Denpasar Kamis (2/11). Ia mengatakan, setiap hari bertruk-truk sampah plastik diambil dari kawasan hutan bakau yang selanjutnya dibuang ke tempat penampungan akhir (TPA). "Belakangan akibat terbatasnya dana, pembersihan terhadap kawasan hutan bakau tidak dapat dilakukan lagi, sehingga sampah-sampah plastik yang hanyut di sungai yang bermuara di kawasan hutan bakau cukup memprihatinkan," ujar Sulendra. Sulendra menjelaskan, upaya penyuluhan telah berkali-kali dilakukan agar masyarakat yang bermukim di sebelah utara Kawasan hutan bakau tidak membuang sampah ke sungai. Upaya penyuluhan disertai dengan bantuan tempat sampah, dengan harapan masyarakat membuang sisa-sisa yang tidak berguna itu pada tempat, yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan kota Denpasar. Namun nyatanya masyarakat lebih senang membuang sampah ke sungai yang bermuara ke kawasan hutan bakau, menyusul membuang sampah ke lahan-lahan kosong dan yang ketiga baru ke tempat sampah. "Mengubah prilaku masyarakat untuk hidup bersih, membuang sampah pada tempatnya perlu gerakan disiplin yang dilakukan semua pihak. Adanya gerakan disiplin hidup bersih otomatis kawasan hutan bakau juga diharapkan menjadi bersih," harap Sulendra. Kawasan hutan bakau, yang lokasinya memanjang di pesisir selatan pantai Bali seluas 1.373 hektar tumbuh subur dan lebat, ditata sedemikian rupa, dihubungkan dengan jalan setapak dan jembatan kayu sepanjang 2,6 kilometer. Masyarakat telah terbiasa menjadikan kawasan hutan bakau sebagai tempat rekreasi seperti memancing ikan, serta wisatawan mancanegara juga senantiasa berkunjung ke sana. Kawasan hutan bakau sejak kerjasama penanganan tersebut cukup banyak mengalami kemajuan, sekaligus mampu berfungsi sebagai "paru-paru" kota, sekaligus menangkal terjadinya abrasi pantai, tsunami serta menghambat proses penetrasi air laut ke daratan, ujar Sulendra.(*)
Copyright © ANTARA 2006