... itu tidak pernah direvisi dan pemerintah tidak mau berbicara realitas... "Jakarta (ANTARA News) - Produksi minyak Indonesia terus menurun sementara konsumsi minyak meningkat 3,5 persen setiap tahun, sehingga kecukupan minyak harus dipenuhi melalui impor, yang pada 2015 nanti diperkirakan menyedot dana APBN 36 miliar dolar Amerika Serikat.
Pengamat energi, Abdul Muin, di Jakarta, Rabu, menyatakan, "Krisis migas tidak berkembang seketika, ada beberapa faktor fundamental sebagai penyebab situasi ini."
Menurut dia, selama beberapa dekade Indonesia tidak memiliki kebijkan pengelola energi strategis yang komperhensif dan terpadu.
"Pengelolaan itu tidak pernah direvisi dan pemerintah tidak mau berbicara realitas," kata dia.
Ia menambahkan, pemerintah tidak memiliki perencanaan jangka panjang memadai, konsisten berkelanjutan, dan berimbang dengan kepentingan publik.
Menurut dia, kebijakan berbagai departemen masih bersifat sektoral, terlalu berorientasi kepada target jangka pendek, tumpang tindih, dan koordinasinya lemah.
Menurut dia, selama beberapa dekade Indonesia tidak memiliki kebijkan pengelola energi strategis yang komperhensif dan terpadu.
"Pengelolaan itu tidak pernah direvisi dan pemerintah tidak mau berbicara realitas," kata dia.
Ia menambahkan, pemerintah tidak memiliki perencanaan jangka panjang memadai, konsisten berkelanjutan, dan berimbang dengan kepentingan publik.
Menurut dia, kebijakan berbagai departemen masih bersifat sektoral, terlalu berorientasi kepada target jangka pendek, tumpang tindih, dan koordinasinya lemah.
Pengelolaan listrik yang buruk karena pengadaan pembangkit listrik berbasiskan BBM yang bersubsidi serta penghematan dan efisensi konsumsi energi belum tersentuh secara jelas juga menjadi faktor kiris minyak di Indonesia.
Menurut World Petroleum Congress 2008, korupsi dan pengelolaan penerimaan negara dari minyak dan gas yang serampangan menjadi penyebab utama negara yang kaya sumber daya alam gagal mengelola dan mendistribusikan hasilnya.
Pewarta: Aubrey Fanani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014