Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem BMKG M Fadli di Jakarta, Rabu, mengungkapkan bahwa satelit Noaa 18 sore ini mendeteksi 22 titik api di Indragiri Hilir dan Pelalawan.
Namun, "Kondisi itu belum mempengaruhi Singapura dan Malaysia, tetapi perlu diwaspadai agar titik api tidak berkembang, terutama saat musim kemarau," katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pada awal tahun ini, asap akibat kebakaran hutan di Riau cenderung meningkat, terutama pada saat musim kemarau. Tetapi titik api yang cukup banyak pada awal 2014 di Riau tidak masuk ke Singapura dan Malaysia.
"Kalau titik kebakaran hutan bertambah pada saat ini, maka akan mengganggu Singapura dan Malaysia," katanya.
Asap yang menyelimuti Riau tidak hanya berasal dari kebakaran hutan yang terjadi di Indragiri Hilir dan Pelalawan, melainkan juga kirimam dari Sumatra Selatan dan Jambi. Titik api di Sumatera Selatan mencapai 194, dibawa angin dari tenggara menuju Riau.
"Paling parah itu di Sumatera Selatan, dibanding Jambi dan Riau," ujarnya.
Fadli mengatakan jarak pandang di Riau tidak normal. Pagi hari, jarak pandang hanya 1,5 km, padahal jarak pandang normal 7-10 km.
Di Sumatera Selatan justru jarak pandang mencapai 3-4 km karena asap dibawa angin ke Riau.
"Seperti membakar arang, asap tebal tidak mengepul, melainkan dibawa angin," katanya.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014