"Kebetulan saya sedang ada di Jakarta dan belum makan siang jadi mampir dulu tadi untuk say hi saja dan saling menyemangati," kata Ridwan, yang mengenakan jas hitam dan celana warna khaki, usai bertemu Ahok.
Ridwan sepaham dengan Ahok bahwa pemilihan kepala daerah secara langsung adalah hal yang fundamental.
"Orang seperti saya dan Pak Ahok tidak akan jadi karena setelah dicalonkan masih harus door to door. Ngumpulin KTP atau keliling kota. Tanpa itu tidak akan jadi," katanya.
Selama ini dia mengaku berkomunikasi intensif dengan kepala daerah lain soal RUU Pilkada.
"Iya ada grup BBM delapan kepala daerah. Kita menolak RUU Pilkada dan ingin menyempurnakan kalau mahal kita bikin murah contohnya dengan pemilu serentak, buat kampanye yang efektif melalui sosmed dan lain-lain, jangan banyak kampanye di ruang tebuka," katanya.
Jika RUU itu tetap disahkan 25 September nanti, Ridwan akan mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Konstitusi. "Bupati dan wali kota kan objek penderita di RUU Pilkada tak langsung ini," katanya.
Selain membahas soal RUU Pilkada, Ridwan dan Ahok juga saling bertukar pikiran mengenai masalah tata kota.
"Masalah Jakarta dan Bandung kan mirip-mirip masalahnya. Jakarta mau menambah taman tematik dan lain-lain," katanya.
Usai bertemu Ahok, Ridwan akan menemui Hasyim Hadiwidjojokusumo untuk membicarakan soal pengunduran dirinya dari Gerindra.
"Saya akan temui Pak Hasyim sebagai adik ketemu kakak. Saya dan Pak Ahok kan bedanya Pak Ahok ada kartu anggota, saya tidak," katanya.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014