Surabaya, (ANTARA News) - Musim hujan tahun 2006-2007 akan diwarnai munculnya El Nino lemah sehingga musim kemarau berlangsung cukup panjang karena memanasnya suhu muka laut di Pasifik Equator sedangkan musim hujan akan lebih pendek dan akhirnya dapat berdampak terhadap krisis air. Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMG Maritim Tanjung Perak, Surabaya, Arif Triyono, Rabu (1/11) mengemukakan, El Nino tersebut akan berdampak musim hujan di Indonesia, utamanya Jatim, waktunya pendek dan secara umum akan lebih cepat tenggang waktunya. "Masyarakat Jatim mestinya sudah bisa menikmati musim hujan mulai Oktober 2006 hingga Maret 2007. Tapi, karena ada El Nino, awal musim hujan mundur pada November dan diperkirakan berakhir pada pertengahan Maret 2007," ujarnya. Ia memperkirakan, musim kemarau di Jatim pada 2007 akan lebih panjang. Dengan demikian, curah hujan yang jatuh volumenya lebih sedikit dan bisa menyebabkan tingkat ketersediaan air di Jatim menjadi berkurang. Karena itu, ia mengimbau berbagai lapisan masyarakat untuk mulai mengantisipasi agar krisis air untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan pertanian bisa diatasi. "Prediksi BMG Maritim ini sudah kami sebarkan kepada Dinas Pengairan, Dinas Jasa Tirta, juga dinas terkait lainnya, agar saat terjadi El Nino tidak terjadi kesulitan air yang parah," kata Arif. Porong Lebih lanjut Arif mengemukakan, pada November dekade dua (11-20 November) kawasan Porong yang kini tergenang lumpur Lapindo, diperkirakan mulai diguyur hujan, dengan curah hujan masih rendah, berkisar 47 milimeter. Curah hujan di Porong pada dekade tiga (21-30 Nopember) diprediksi mulai meningkat menjadi 53 milimeter, sedangkan puncak hujan di kawasan tersebut terjadi pada Januari 2007 dengan curah hujan 360 milimeter. Khusus wilayah Surabaya hujan diperkirakan mulai turun pada Nopember dekade tiga (21-30 Nopember). Curah hujan di Surabaya puncaknya akan terjadi pada Pebruari 2007 yakni antara 160 milimeter sampai Maret sekitar 170 milimeter. Sementara itu, secara umum wilayah Jatim awal musim hujan 2006-2007 akan mundur 1-2 minggu dari normal karena munculnya El Nino lemah (kemarau panjang karena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Equator). Bahkan, ia mencontohkan, fenomena itu sudah terlihat di daerah Malang, Jember dan Lumajang. Di daerah tersebut pada pertengahan Oktober lalu seharusnya sudah masuk musim hujan, tapi sampai sekarang belum menentu hujannya, dan curah hujan sedikit, serta durasi hujan pendek. Jika curah hujan normal di Surabaya berkisar 767 - 1.038 milimeter per tahun dan Sidoarjo 1.267 - 1.714 milimeter per tahun, tapi dengan dampak El Nino ini bisa berkurang dari angka tersebut. Arif menambahkan, karena fenomena pancaroba (peralihan musim kemarau ke musim hujan), di Surabaya cuaca cerah berawan. Angin masih dari arah Timur Tenggara dengan kecepatan 10-45 kilometer per jam, suhu 26-36 derajat Celcius dan kelembaban udara 40-80 persen.(*)
Copyright © ANTARA 2006