Jakarta (ANTARA News) - Pendiri Bank Grameen Profesor Muhammad Yunus menyatakan kepercayaan adalah modal utama membangun bisnis yang dia mulai yaitu simpan pinjam khusus untuk kaum miskin di Bangladesh.

"Bisnis kami berdasarkan kepercayaan, kami tidak membutuhkan surat berharga sebagai jaminan, karena nasabahnya orang miskin," katanya Yunus.

Dia mengemukakan hal itu dalam diskusi "Sociopreneurship: unlocking Indonesia's Great Potentials" di Universitas Paramadina, Jakarta, Senin.

Menurut Yunus, bisnis yang bergerak di bidang sosial dalam bentuk simpan pinjam, bukanlah bisnis memperkaya diri sendiri.

Bisnis tersebut, jelasnya, untuk mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan dan kelaparan.

"Bisnis ini mengunakan metode subsidi silang dan bersifat saling menguntungkan," kata Yunus.

Dengan kehadiran bank tersebut, lanjut dia, orang miskin tidak kesulitan dalam mencari pinjaman untuk dijadikan modal usaha.

Dia mengemukakan, selama ini untuk memperoleh pinjaman di bank tertentu, orang harus memasukkan jaminan minimal surat-surat berharga sebagai syarat utama.

"Saya memberikan pinjaman uang dari kantong sendiri apabila ada orang yang kesusahan uang, Tujuannya supaya mereka tidak perlu pergi ke lintah darat, sehingga masalah mereka selesai,"ujarnya.

Pria penerima Nobel Perdamaian 2006 itu menjelaskan, proses pinjaman di bank Grameen sangat mudah yang diperuntukkan bagi orang miskin.

Keuntungan perusahaan yang didapatkan dari nasabah, lanjutnya, diputar kembali untuk disalurkan kepada yang membutuhkan seperti bantuan sosial lainnya.

Ia prihatin terhadap sistem perbankan yang memberikan pinjaman bagi mereka yang memiliki jaminan sedangkan rakyat miskin tidak tahu tempat meminjam uang.

"Saya melakukan berbeda dengan bank umumnya. Jika bank memburu orang kaya, saya lebih memilih kaum miskin. Jika bank mencari pria sukses, saya mencari anak-anak muda. Jika bank mengincar pusat perkotaan, saya lebih fokus ke daerah tertinggal," katanya.

Yunus menceritakan, keinginan kuat itu muncul saat dirinya melihat kesusahan orang lain yang tidak bisa mendapatkan pinjaman dari bank tertentu dan terpaksa harus meminjam kepada rentenir.

Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk meminjamkan uang.

"Saya sedih, marah, kecewa kepada rentenir. Karena orang seperti itu hanya memeras dan merampas hak mereka orang miskin ketika tidak mampu membayar dan mengambil segala yang mereka miliki," katanya.

Sementara itu, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan yang juga bertindak sebagai moderator diskusi, mengatakan pendekatan bisnis sosial yang dilakukan Prof Muhammad Yunus dapat diterapkan di Indonesia karena manfaatnya berdampak cukup besar kepada kaum miskin.

"Kita perlu melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda, seperti yang dilakukan Muhammad Yunus, untuk memperbaiki perekonomian Indonesia ke arah lebih baik," katanya.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014