Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, disebabkan karena adanya kekhawatiran di kalangan pelaku pasar yang sedang menunggu hasil rapat The Fed (Bank Sentral AS).
"Rupiah akan melemah sampai ada hasil dari keputusan The Fed," kata Menkeu saat ditemui di Jakarta, Senin.
Menkeu memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan kembali menguat, apabila rapat The Fed menghasilkan keputusan yang sesuai dengan perkiraan dan bisa direspon secara positif para pelaku pasar.
"Nanti marketnya akan kembali lagi, setelah itu mereka akan rasional dengan apa yang akan diambil oleh The Fed," ujarnya.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah sebesar 81 poin menjadi Rp11.903 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.822 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan merebaknya ekspektasi The Fed untuk memangkas kembali program "quantitative easing" (QE), ditambah prospek kenaikan suku bunga AS (Fed rate) telah menekan mata uang rupiah.
"Investor sepertinya cukup cemas dengan pemangkasan program pembelian obligasi berakhir tahun ini dan dilanjutkan dengan prospek yang cukup kuat dengan kenaikan suku bunga AS (Fed rate)," katanya.
Dari dalam negeri, Zulfirman Basir mengatakan bahwa pelaku pasar keuangan juga sedang mencermati pemerintahan baru mendatang terkait dengan kebijakan yang akan dikeluarkan.
Kondisi tersebut, lanjut dia, menjadi salah satu faktor pelaku pasar uang di dalam negeri untuk mengakumulasi mata uang domestik.
Kendati demikian, secara teknikal peluang mata uang rupiah cukup terbuka, karena indikator stochastic menunjukkan mata uang dolar AS berada di area jenuh beli atau "overbought".
(S034/B008)
Pewarta: Satyagraha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014