Jakarta, (ANTARA News) - Kebun Binatang Perth melalui pemerintah Australia mengembalikan satu orangutan Sumatera betina (Pongo Abelii) bernama Tamara dari 25 orangutan koleksinya ke habitat aslinya di Taman Nasional (TN) Bukittigapuluh Jambi. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer mengatakan pengembalian Tamara merupakan bagian dari usaha internasional untuk menciptakan kembali populasi binatang yang terancam punah ke alam liar. "Pengembalian spesies ini ke negeri asalnya merupakan prakarsa pemerintah Indonesia dan Australia. Banyak profesional Australia dan Indonesia telah bekerja keras untuk membuat proyek ini berhasil. Ini menggambarkan luas, dalam dan kayanya hubungan bilateral Indonesia-Australia," kata Bill Farmer dalam acara penyerahan dari pemerintah Australia ke pemerintah Indonesia di Kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Rabu (1/11). Tamara yang berusia 14 tahun itu diterbangkan olah Maskapai Qantas dari Australia dengan menggunakan jasa kargo DHL ke Jakarta dan kemudian dilanjutkan diterbangkan ke Jambi dengan menggunakan penerbangan Adam Air pukul 11.00 pagi tadi. Hadir dalam penyerahan Tamara tersebut, Direktur Regional pemerintah Australia Selatan Martin Newbery, `CEO` Kebun Binatang Perth Susan Hunt, Dirjen PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) Dephut Arman Mallolongan, anggota DPR yang juga Duta Club Peduli orangutan Indonesia, Angelina Sondakh, Staf Ahli KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) Amanda Katili, Wakil Presiden Direktur Adam Air Dave Fikarno dan dari pihak DHL. Duta Besar Bill Farmer mengatakan Tamara akan dimonitor dengan teliti dan didukung oleh tim doker hewan dan penjaga kebun binatang yang akan mengikuti perkembangannya setelah pelepasan. Bill Farmer berterima kasih kepada pemerintah Indonesia atas dukungannya pada proyek ini dan mengakui bahwa tingkat perlindungan yang tinggi di TN Bukit Tigapuluh merupakan pertimbangan penting ketika Kebun Binatan Perth memutuskan untuk terlibat. "Bukit Tigapuluh merupakan daerah yang dijaga oleh Unit Perlindungan orangutan yang secara khusus dilatih untuk memerangi pembalakan liar dan perburuan liar," katanya. Sementara `CEO` Kebun Binatang Perth, Susan Hunt yang hadir dalam acara tersebut mengatakan pihaknya mengembalikan Tamara sebagai kontribusi dalam usaha konservasi di Indonesia. "Kita punya program `reintroduksi` orangutan di TN Bukit Tigapuluh untuk mengembalikan orangutan ke habitat aslinya yang lebih `sustainable`. Kita dapat berkontribusi dalam usaha konservasi Indonesia," kata Susan. Dia mengatakan Kebun Binatang Perth telah berhasil mengembangbiakkan orangutan sumatera sebanyak 25 ekor sejak tahun 1970. "Mereka bisa `survive` di hutan di Australia yang lebih kering dan panas. Kita ingin orangutan berada selamanya di TN Bukittigapuluh. itu mengapa kita membantu disini," katanya. Dia berharap di masa mendatang pihaknya dapat mengembalikan semua spesies asli Indonesia ke habitat aslinya. "Saya berharap dapat mengembalikan spesies lainnya ke sini. Menteri Lingkungan Australia akan membicarakan hal ini dengan pemerintah Indonesia untuk melakukan hal seperti ini di masa mendatang. TN Bukittigapuluh merupakan sanctuari selamanya bagi orangutan," tambah Susan. Dirjen PHKA Dephut Arman Mallolongan mengatakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk melestarikan orangutan di habitat aslinya antara dengan menetapkan beberapa habitan orangutan di Sumatera dan Kalimantan sebagai kawasan konservasi, termasuk didalamnya membangun pusat-pusat rehabilitasi orangutan. "Upaya lainnya adalah dengan melakukan repatriasi yang merupakan salah satu bentuk untuk menjaga, melindungi, menyelamatkan, dan melestarikan orangutan. Repatriasi diperuntukkan bagi orangutan hasil sitaan, maupaun hasil konservasi ex situ atau di Kebun Binatang," kata Arman. Dia mengatakan saat ini banyak kebun binatang di luar negeri yang telah berhasil mengembangbiakkan orangutan Indonesia, salah satunya adalah Kebun Binatang Perth. Arman menjelaskan Populasi orangutan Sumateran (Pongo Abelii) dan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) diperkirakan berjumlah 65.200 ekor, yang dari jumlah tersebut sekitar 57.700 ekor tersebut tersebar dan terfragmentasi di Sabah, Serawak, dan Kalimantan.(*)
Copyright © ANTARA 2006