Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertahanan RI mengemukakan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicles- UAV) yang ditawarkan perusahaan asal Filipina, PT Kita Philippines, merupakan yang terbaik secara teknis dan pengadaannya akan dilaksanakan tiga kali. Menurut Kepala Humas Dephan, Brigjen TNI Edy Butar Butar, di Jakarta, Rabu, pesawat UAV yang ditawarkan perusahaan asal Filipina itu memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan Mabes TNI. Karenanya, tawaran perusahaan itu dinilai tim pengadaan beranggotakan unsur Mabes TNI dan Dephan yang paling memenuhi syarat. Sebanyak 42 perusahaan sejak Februari 2006 mengajukan penawaran kepada Indonesia, termasuk perusahaan dari Rusia dan Belanda, dan PT Kital Philippines yang akhirnya memenanginya. Pengadaan 4 pesawat UAVS itu akan menggunakan kredit ekspor tahun 2004-2007 senilai 16 juta dolar AS. Ketika ditanyakan pesawat UAV itu berasal dari Israel, ia mengatakan bahwa Dephan tidak membelinya dari Israel, namun melalui perusahaan asal Filipina. Setelah melalui seleksi atas 42 tawaran yang diajukan sejak Februari 2006, termasuk dari Rusia dan Belanda, Indonesia akhirnya menetapkan PT Kital Philippines sebagai pemenang tender, dan pesawat Searcher Mark II yang ditawarkan dinilai paling memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Berkaitan itu, perusahaan asal Filipina itu juga akan menyediakan pos komando, alat pengendali, kamera infra merah, dan alat penjejak panas. Untuk tahap awal, Indonesia akan membeli 4 Searcher Mark II dengan menggunakan kredit ekspor tahun 2004-2007 senilai 16 juta dolar AS. Pengadaan 4 pesawat UAV itu menggunakan kredit ekspor tahun 2004. Pesawat Searcher Mark II diproduksi oleh Industri Pesawat Israel (Israel Aircraft Industries-IAI), dapat terbang selama 18 jam dengan jarak terbang antara 200-250 kilometer dengan ketinggian 20 ribu kaki. Negara pengguna Searcher Mark II bukan hanya Indonesia, namun juga India. (*)
Copyright © ANTARA 2006