Kota Kuwait (ANTARA News) - Irak memerlukan bantuan sebesar 100 miliar dolar AS guna mengembangkan prasarananya, kata seorang pejabat Selasa, sementara negara yang diporak-porandakan perang itu memperoleh janji baru dari pertemuan negara-negara donor di Kuwait. "Kami memerlukan 100 miliar dolar AS guna membangun kembali prasarana kami. Ini adalah jumlah perkiraan selama lima tahun mendatang," kata jurubicara pemerintah Ali Ad-Dabbagh pada suatu taklimat tanpa memberi perincian. "Kami memerlukan bantuan sampai sektor minyak dibangun kembali," kata Ad-Dabbagh di sisi pembahasan "Preparatory Meeting for International Compact with Iraq" . Wakil Perdana Menteri Irak, Barham Saleh, mengatakan kepada wartawan pada akhir pertemuan tersebut bahwa Uni Eropa, Arab Saudi dan Amerika Serikat telah menjanjikan bantuan baru. "Arab Saudi telah menyampaikan kesediaan untuk menyediakan satu miliar dolar AS dalam bentuk bantuan (yang terdiri atas) hibah dan pinjaman, serta 500 juta dolar AS dalam bentuk fasilitas (finansial) bagi pengusaha Irak," katanya, seperti dikutip AFP. Irak memiliki cadangan terbesar minyak mentah yang belum dimanfaatkan di dunia, namun salurannya yang sudah tua dan menjadi sasaran serangan gerilyawan dan ketidak-amanan telah menghalangi negeri itu untuk memanfaatkan ekport minyaknya yang berharga. Wakil dari 14 negara donor utama dan tujuh lembaga internasional ikut dalam pertemuan internasional satu hari tersebut, yang memprsiapkan "cetak-biru" bagi kemitraan antara Baghdad dan masyarakat internasional. Saleh mengatakan International Compact with Iraq secara resmi akan diluncurkan pada pertemuan yang lebih luas dalam enam pekan. Tempat pertemuan tersebut belum diputuskan. Wakil Menteri Keuangan AS Robert Kimmit, yang memimpin delegasi negerinya, mengatakan pertemuan mendatang akan diselenggarakan pertengahan Desember pada pertemuan tingkat menteri. Pertemuan Kuwait menandai berakhirnya proses persiapan bagi Compact tersebut --yang menetapkan komitmen masing-masing pemerintah Irak dan negara donor. "Compact itu adalah kemitraan luas antara Irak dan bagian lain dunia. Rancangan tersebut menjabarkan peta jalan bagi pemulihan Irak ... dan akan membantu Irak mewujudkan negara yang mandiri dalam empat sampai lima tahun," kata Saleh. Negara donor akan berusaha meminta komitmen Baghdad bahwa Irak akan melakukan pembaruan ekonomi, sosial dan keamanan menyeluruh dan memerangi korupsi yang merajalela sebelum bantuan dikucurkan. Pertemuan itu diselenggarakan menyusul pertemuan serupa pertemuan di Abu Dhabi pada 10 September. Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Mohammed As-Sabah menyatakan sebanyak 40 negara donor direncanakan menghadiri peluncuran pertemuan Compact. Saleh mengatakan pada sidang pembukaan bahwa pemerintahnya bertekad akan melaksanakan komitmennya berdasarkan Compact tersebut dan meminta bantuan tambahan. "Anda dapat menyumbang dengan menyediakan bantuan ekonomi baru dan serius guna membantu mengatasi kekurangan dalam anggaran Irak untuk membantu memperkuat kemampuan keamanan Irak, membangun kembali prasarana dan meningkatkan layanan," katanya. Saleh juga meminta penghapusan uang bernilai puluhan miliar dolar AS yang ditumpuk oleh rejim terguling Saddam Hussein. Ditambahkannya, "Compact ini bukan proyek untuk mengumpulkan bantuan. Ini adalah proyek untuk membangun satu bangsa." Menteri Luar Negeri Kuwait tersebut memperingatkan kerusuhan yang terus berlangsung di Irak dapat merembes ke negara tetangganya. "Situasi dalam negeri yang serius di Irak tak terbatas oleh perbatasan negeri tersebut, tapi memiliki potensi untuk mempengaruhi tetangga Irak serta masyarakat dunia yang lebih luas," kata Sheikh Mohammed. Ia mengatakan Kuwait "memiliki harapan besar bahwa kelompok International Compact itu akan berhasil dalam menyatukan Irak baru dengan masyarakat dunia", tambahnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006