Haikou (ANTARA News/Xinhua) - Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan melambat ke rata-rata tingkat tahunan 7-7,5 persen, ekonom mengatakan Sabtu, pada konferensi nasional tentang perencanaan kota di Haikou, ibukota Provinsi Hainan, Tiongkok selatan.
Meskipun terjadi perlambatan, Tiongkok siap untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai perekonomian terbesar dunia dalam satu dekade mendatang, kata Yao Yang, direktur Pusat Riset Ekonomi Tiongkok (CCER) di Universitas Peking.
Terpukul oleh krisis keuangan global, Tiongkok telah melaporkan sebuah penurunan ekspor besar, yang telah menjadi pukulan besar bagi sektor manufaktur negara itu, kata Yao.
Tahun lalu, sektor jasa mengungguli sektor manufaktur untuk pertama kalinya dalam hal kontribusi terhadap PDB Tiongkok.
Sementara itu, penurunan penduduk yang bekerja dimulai pada 2012, akibat dari angka kelahiran yang rendah dalam dua dekade terakhir, juga mengancam memperlambat ekonomi Tiongkok, kata Yao.
"Ada yang bilang tingkat pertumbuhan Tiongkok dapat melambat menjadi enam sampai tujuh persen, tetapi saya pikir itu terlalu pesimis," kata dia. "Penurunan penduduk yang bekerja dapat diimbangi dengan peningkatan efisiensi."
Ia mengatakan tenaga kerja baru cenderung dua kali lebih efisien daripada pensiunan, mengingat vitalitas dan latar belakang pendidikan yang lebih baik.
"Situasi akan lebih baik, karena diperkirakan 40 persen pekerja baru akan menerima pendidikan tinggi pada 2020, dibandingkan dengan saat ini 32 persen."
Sementara itu, Yao menyatakan Tiongkok harus menaikkan usia pensiun secara bertahap untuk menjaga penduduk yang bekerja dari kejatuhan yang terlalu cepat.
Usia pensiun di Tiongkok adalah 60 tahun untuk pria, 55 tahun untuk pekerja kerah putih perempuan, dan 50 tahun untuk perempuan karyawan kerah biru.
Populasi usia kerja turun 2,44 juta menjadi 919,54 juta pada 2013, penurunan tahun kedua berturut-turut.
(A026)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014