Moskow (ANTARA News) - Rusia pada Jumat (12/9) menyatakan akan secepatnya merespons dengan tindakan balasan terhadap sanksi-sanksi baru dari Amerika Serikat yang dianggap sebagai "langkah permusuhan" serta menjanjikan dukungan pendanaan negara bagi perusahaan-perusahaan terdampak.
Uni Eropa dan Amerika Serikat meningkatkan hukuman ekonomi terhadap Rusia, menuduh negara itu mengirimkan pasukan untuk mendukung kelompok pro-Moskow yang memerangi pemerintah Ukraina di bagian timur.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan tindakan balasan itu akan dilakukan secepatnya.
"Kami melihat pemberlakuan sanksi-sanksi anti-Rusia baru dari Washington sebagai langkah permusuhan yang lain yang sejalan dengan wacana konfrontasi pemerintah Amerika," demikian pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Rusia yang dikutip kantor berita Reuters.
Kementerian itu menyatakan bahwa sanksi-sanksi itu tidak dipertimbangkan secara matang dan tidak akan mempengaruhi kebijakan pemerintah Rusia.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin, yang berulang kali membantah keterlibatan dalam konflik di Ukraina dan sudah meresponnya dengan larangan impor dan tindakan lain, mengatakan bahwa tindakan balasan akan dilakukan secara hati-hati untuk menghindari dampaknya terhadap perekonomian Rusia.
Kremlin berjanji mendukung perusahaan-perusahaan yang terdampak penerapan sanksi baru. Menteri Perekonomian Rusia Alexei Ulyukayev mengatakan Rusia bisa mengalihkan dana dari program National Wealth Fund atau dari pensiun.
"Ada bentuk-bentuk dukungan yang berbeda. Ini meliputi beragam rejim tarif beacukai.... mungkin dukungan anggaran langsung (dan) kemungkinan menggunakan dana pensiun atau National Wealth Fund dan mekanisme lainnya," katanya kepada para jurnalis di Brussels dalam pernyataan yang kemudian disiarkan laman Kementerian Ekonomi.
Tekanan anggaran pemerintah telah meningkat akibat krisis Ukraina, yang membuat beberapa perusahaan Rusia meminta pembiayaan pemerintah sebagai kompensasi dari penutupan pasar modal Barat.
Pekan lalu, Putin mengatakan bahwa Rusia tidak bisa membelanjakan lebih dari 83 miliar dolar AS dana yang ditempatkan di National Wealth Fund setelah pemerintah meningkatkan batasan tentang seberapa banyak dana yang bisa digunakan untuk investasi domestik.
Pada Agustus, perusahaan minyak terbesar Rusia, Rosneft, meminta suntikan dana tunai 40 miliar dolar AS dari National Wealth Fund supaya bisa bertahan dari sanksi-sanksi baru.
Ulyukayev juga mengatakan Russia akan mengajukan banding ke organisasi perdagangan dunia (World Trade Organisation/WTO).
"Sanksi-sanksi terkini memberikan alasan untuk banding ke WTO. Dan kami akan banding," katanya seperti dilansir kantor berita RIA Novosti.
Penerapan sanksi-sanksi yang lebih keras telah menumbuhkan penentangan dari beberapa negara Uni Eropa yang khawatir menghadapi tindakan balasan dari Rusia, pemasok energi terbesar ke negara-negara di kawasan itu.
Uni Eropa menyatakan bisa mencabut sanksinya jika Rusia mematuhi kesepakatan gencatan senjata dengan Ukraina serta rencara perdamaian yang lain untuk mengakhiri konfrontasi terburuk antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin itu.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014