... saya disapa mbak, rasanya bagaimana, senang khan... berarti saya itu ada, dianggap dan dirangkul, siapa yang tidak senang... "
Jakarta (ANTARA News) - Budayawan Slamet Rahardjo menilai masyarakat perbatasan perlu "disapa" jiwanya agar rasa memiliki persaudaraan tumbuh dengan kuat.
"Seperti saya disapa mbak, rasanya bagaimana, senang khan... berarti saya itu ada, dianggap dan dirangkul, siapa yang tidak senang," katanya, usai diskusi persiapan Festival Budaya Nusantara Kawasan Perbatasan Negara 2014, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, merangkul sesama warga bangsa salah satu upaya mempertahankan ketahanan negara dengan pendekatan wawasan, bukan pendekatan kawasan.
"Selama ini, fokus kita untuk menjaga perbatasan hanya sebatas pertanahan yang tanggung jawabnya tentara, kalau pendekatannya itu ketahanan tidak perlu melulu tentara, karena kita semua prajurit," katanya.
Artinya, lanjut dia, setiap orang mampu menjaga ketahanan negaranya dengan caranya sendiri.
"Misalnya saya seniman, saya berkarya. Jika semua sudah berpola pikir seperti itu, maka akan sejahtera. Saya lihat di wilayah perbatasan negara-negara enggak ada tentara-tentara, banyaknya ibu-ibu bawa beras," katanya.
Dia menjelaskan dengan pendekatan wawasan, persoalan kedaulatan Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bukan hanya tanggung jawab TNI, tetapi juga seluruh masyarakat. "Kita ini saudara, mau dibatasin apapun ya enggak bisa," katanya.
Aktor kawakan itu mengatakan ketahanan bisa diperkuat dengan jalan budaya, dengan mengambangkan terus kebudayaan antarwilayah perbatasan.
Pewarta: Juwita Rahayu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014