"Daerah rawan kekeringan tersebut tersebar di 48 desa yang berpotensi terjadi bencana kekeringan, namun tidak semuanya menunjukkan tanda-tanda eskalasi kekeringan saat ini," kata Kepala BPBD Banyuwangi, Kusiyadi, Jumat.
Menurut dia, kekeringan saat ini sudah melanda sebanyak 20 desa di lima kecamatan yakni Kecamatan Kalipuro, Wongsorejo, Tegaldlimo, Pesanggaran, dan Bangorejo yang menunjukkan tanda-tanda kekeringan, sedangkan sisanya masih berpotensi dilanda kekeringan.
"Kami telah mengantisipasi bencana kekeringan tersebut dengan memberikan bantuan air bersih dan pembangunan sarana-prasarana yang dibutuhkan seperti sumur bor untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi di wilayah setempat," tuturnya.
Sedangkan bantuan distribusi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masih diprioritaskan di lima kecamatan yang saat ini sudah mengalami kekeringan, sehingga dapat meringankan beban warga yang kesulitan mendapatkan air bersih.
"Sejak akhir Juli lalu, bantuan air bersih dikirim selama 15 hari sekali dengan kapasitas satu tangki sekali kirim di lima kecamatan tersebut dan distribusi ke daerah lain yang berpotensi mengalami krisis air bersih masih menunggu laporan di lapangan," paparnya.
Ia menjelaskan BPBD membangun sumur bor di dua desa yakni Desa Alasbuluh dan Sumberanyar di Kecamatan Wongsorejo untuk mengatasi kekeringan dan krisis air bersih dalam jangka panjang, sehingga warga bisa mendapatkan air bersih di sumur tersebut.
"Kami berusaha mengantisipasi bencana kekeringan di Banyuwangi, meski anggarannya sangat terbatas. BPBD juga mengusulkan bantuan ke Provinsi Jatim untuk mengatasi kekeringan di sejumlah desa di kabupaten setempat," katanya.
Kusiyadi berharap BPBD Jatim segera mengucurkan bantuan sesuai dengan usulan yang disampaikan dan pihaknya juga sudah mendirikan posko siaga bencana kekeringan selama musim kemarau di kantor BPBD setempat.
Pemkab Banyuwangi memberlakukan siaga darurat bencana kekeringan sejak Senin (8/9) hingga akhir September 2014 karena sebanyak 29 desa di wilayah setempat mulai mengalami krisis air.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014