Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak melemah tujuh poin menjadi Rp11.820 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.813 per dolar AS.
"Laju mata uang rupiah masih terbebani oleh spekulasi akan rencana bank sentral AS (the Fed) menaikkan suku bunganya lebih cepat," kata analis riset dari Asosiasi Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada.
Menurut dia, naiknya suku bunga AS dapat membuat aliran modal dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia beralih ke pasar AS.
"Kondisi itu akan sulit bagi nilai tukar rupiah untuk menguat sehingga peluang pelemahan lanjutan masih terbuka," katanya.
Ia menambahkan Bank Indonesia yang mempertahankan BI rate di level 7,5 persen dengan tujuan untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan Indonesia belum cukup kuat menopang rupiah.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan pasar keuangan negara berkembang juga masih dibayangi oleh keputusan pemangkasan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB), situsi itu memberikan keunggulan bagi dolar AS.
"Sentimen positif bagi dolar AS masih menyelimuti, sentimen eksternal akhir-akhir ini masih membantu penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia," katanya.
Kendati demikian, ia menambahkan, indikator teknikal mensinyalkan penguatan mata uang AS yang sudah cukup tinggi akan mempercepat kondisi jenuh beli.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014