Solo (ANTARA News) - Delegasi asal Jerman yang tergabung "Just Live Dance" menampilkan tarian balet kontemporer yang mempesona ribuan penonton dalam pergelaran seni pertunjukan "Solo Internasional Performing Arts" (SIPA) 2104 Keenam di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah, Kamis malam.

Dua penari sekaligus koreografer asal Jerman yakni Soren Magnus Niewelt, dan Jesica menampilkan tari balet kontemporer yang menyuguhkan gerakan-gerakan anggun dan mengandalkan kelenturan tubuhnya.

Bahkan, dua pasangan penari tersebut kadang diselingi gerakan akrobatik dengan diiringi alat musik biola membuat para penonton terpesona dan memberikan aplaus menambah kemeriahan pertunjukan seni SIPA di Kota Solo itu.

Selain itu, dua koreografer tersebut menggambarkan gerakan seorang petualang yang memiliki bakat dan fleksibilitas. Gaya dan tari balet klasik dengan teknik kontemporer cukup unik.

Menurut Soren Magnus, dirinya bersama Jesica menyajikan tari klasik dan neo-klasik tentang emosi dalam kebersamaan dan kesendirian.

Menurut dia, dirinya sangat senang sambutan penonton luar biasa, dan ingin tampil lagi di pagelaran SIPA mendatang.

Pegelaran kedua pertunjukan seni SIPA menampilkan kelompok musik yang menggabungkan antara alat musik tradisional dengan modern, yakni Gus Tejo World Music dari Bali.

Hal itu, membuat suasana semakin meriah dengan suara alat tiup tradisional Bali, seruling yang menonjol menghinotis penonton.

Bahkan, Gus Tejo, juga menggunakan alat musit tiup dari Amerika Selatan, Ocarina, dan milik penduduk pribumi Indian bernama flut menambah suara musik instrumental menjadi enak didengar.

Menurut Gus Tejo, kelompoknya berlima memainkan musik yang kental dengan budaya Bali, meski benyak alat tiup yang digunakan banyak dari penjuru dunia.

"Kami menggunakan alat musik tradisional bambu tngklik, kendang, Slondeng, gitar, bas dan sejumlah alat musik tiup. Kami bangga bisa tampil di SIPA pertunjukan seni internasional ini," kata Gus Tejo usai tampil.

Pergelaran pertunjukan seni SIPA.dengan tema "Generation of World Culture" itu, juga dimeriahkan penampilan delegasi asal Korea Selatan yang berkolaborasi dengan Indonesia. Musik yang dimainkan Jim Hi Kim melalui kecapi mengirim gerakan tari yang dibawakan oleh Mugoyono Kasido (Indonesia) dan Marfel Gracia (Amerika Serikat).

Gerakan-gerakan yang dibawakan penari terkenal Indonesia tersebut sangta padu dengan iringan musik asal Korsel tersebut. Gerakan tari yang kadang-kadang disisipi akrobatik itu, memanjakan penonton tetap terhibur.

Bahkan, para penonton juga terhibur dengan tampilnya pergelaran tari asal Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan judul Wiyasawisa.

Pegelaran pertunjukan seni SIPA pada hari pertama di Solo itu, ditutup dengan tampilnya Sanggar Tari Angsana asal Kabupaten Karimun Kepulauan Riau yang menampilkan "Tari Tandak Mendus Muke". Tarian ini, yang artinya joget berpasangan dan diangkat dari seni budaya tradisional joget Dangke Pulau Moro, Kabupaten Karimun Kepulauan Riau. (B018/S025)

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014